This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tampilkan postingan dengan label Dunia Sufi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dunia Sufi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Juli 2023

TAUBATNYA SEORANG ABID



Al-Qass seorang Abid (ahli ibadah) yang masyhur di kota Mekah. Pada suatu hari ia bertemu Sallamah, gadis pinangan orang Quraisy. Lalu Al-Qass mendengar nyanyiannya dan berhenti untuk mendengarkan. Pada saat itu majikan si gadis melihat Al-Qass dan berkata,  "Maukah anda masuk untuk mendengarkannya." Al-Qass pura-pura tidak mau sampai gadis itu mengizinkannya. "Tempatkan saya di tempat sepi agar saya tidak dapat melihat dia dan dia tidak dapat melihatku," ujarnya kepada majikan si gadis. Kemudian Al-Qass masuk dan gadis itu pun menyanyi. Lalu majikannya menawarkan kepada Al-Qass untuk berkenalan dengannya, tapi Al-Qass menolak.


Suatu hari gadis itu berkata kepada Al-Qass, "Sungguh aku mencintaimu." Al-Qass menjawab, "aku juga mencintaimu." Gadis itu berkata, "aku ingin mengecup bibirmu." Al-Qass berkata, "aku juga." Gadis itu berkata,"aku ingin menempelkan dadaku ke dadamu." Al-Qass menjawab, "aku juga." Gadis itu berkata, "lalu kenapa Anda tidak melakukannya? Sungguh tempat ini benar-benar sepi." Al-Qass menjawab, "saya mendengar Allah berfirman: "teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian lain, kecuali orang-orang yang bertakwa" az-Zukhruf : 67. "Saya tidak ingin kasih sayang antara Aku dan kamu berubah menjadi permusuhan di hari kiamat."


Lalu gadis itu menukas, "wahai Al-Qass! Apakah Tuhanku dan Tuhanmu tidak menerima kita kalau kita bertobat?" Al-Qass menjawab, "Ya! Tapi saya tidak aman dari kematian yang datang tiba-tiba." Kemudian Al-Qass berdiri dan mengeluarkan air mata. Setelah itu ia bertekad tidak mau ke tempat itu lagi dan beribadah seperti sedia kala. 


Oleh : Habib Ziadi

Sumber: Sabili, edisi 21 TH XV, 1 MEI 2008.

Selasa, 27 Juni 2023

WACANA HIKMAH PARA 'ARIFIN

Pada sejumlah petikan wacana dari kaum sufi, yang membangkitkan semangat mereka yang berserasi dengan Allah antara lain:

Sungguh, bagi orang yang kenal Tuhan, tidak layak mengeluh dari cobaan. Karena setiap orang yang tidak mengenal Tuhan setiap ucapan adalah pengakuan, dan bagi pencinta tidak ada lagi keluhan.

Bila pertolongan Allah mendahuluinya, segala luka nestapa akan roboh karenanya.

Bila pertolongannya tiba, kewalian menjadi keharusan baginya. Karena pertolongan itulah kewalian ada, dan kewalian merobohkan luka-duka.

Yang urgen bukanlah kewalian tetapi yang penting adalah pertolongan. Siapa pun tak akan meraih kewalian manakala kehilangan pertolongan.

Orang yang teguh adalah orang yang merahasiakan rahasia.

Wujud Allah telah membuang wujud makhluk, maka buanglah pengakuan diri, angka temukan maknanya.

Siapa yang batinnya bener, maka seluruh ucapannya manis.

Jangan tertipu oleh indahnya waktu, karena di baliknya ada sejumlah bencana

Jangan tertipu oleh indahnya ibadah, karena di dalamnya ada kealpaan dirimu pada sifat rububiyah-Nya. 

Singkirkanlah dua rumah yaitu dunia dan akhirat dan berbahagialah dengan Allah rabbal 'alamin.

Mohonlah petunjuk kepada Allah, sebab Dia adalah sebaik-baik bukti. Berserahlah kepada-Nya, sebab Dia sebaik-baik tempat berserah diri..

Sepanjang kalbu hamba bergantung pada selain Allah, maka pintu kepentingan hati tertutup.

Kemesraan bersama Allah adalah cahaya yang memancar, dan mesra dan bergembira dengan makhluk adalah kesusahan.

Sumber rahasia adalah qolbu orang-orang yang baik bersama Allah sedangkan hati orang yang dekat dengan Allah adalah benteng rahasia-rahasia-Nya.

Kalbu, ketika gagal diberi cobaan Tuhan ia akan lepas dari wilayah Sang Kekasih. 

Sebaik-baik rezeki adalah yang sesuai dengan kebutuhan titik sebaik-baik dzikir adalah yang tersembunyi dalam hati. 

Bukan orang yang jiwanya cerdas, orang yang membuat pilihan, tetapi tidak menurut pilihan Seperti Sang Kekasih.

Menurut apa yang berarti bagimu, engkau raih cita-citamu. 

Sang hamba, Jika Allah membencinya, para makhluk akan membencinya. Jika Allah meridhoinya, selain Allah akan meridhoinya.

Permintaan maaf pecinta pada Sang Kekasih adalah kebajikan. Sedangkan perbuatan dosa pecinta pada kekasihnya adalah terampuni.

Dikutip dari buku Menjelang Makrifat karya Syekh Ahmad Ar-Rifai.

Sabtu, 24 Juni 2023

HIKMAH DIBALIK KESABARAN



Banyak kisah yang mengungkapkan hikmah di balik kesabaran seorang Muslim. Misalnya, kisah berikut yang terjadi pada era generasi sesudah para sahabat Nabi Muhammad SAW (tabiin).

Di Damaskus, Suriah, berdirilah Masjid at-Taubah. Masjid itu tersohor antara lain karena dikelola seorang tabiin yang saleh dan alim. Syekh tersebut hidup sederhana, sembari mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada penduduk setempat.

Suatu hari, datang seorang pemuda ke masjid tersebut. Tampak dari penampilannya, pemuda ini tergolong miskin. Dia tiba di Damaskus dalam rangka mencari ilmu (thalab al-'ilm). Tidak ada satu pun sanak famili atau kenalan di kota tersebut.

Sesudah hadirin majelis bubar, pemuda tadi meminta izin untuk bertemu sang syekh. "Wahai, imam. Saya pemuda miskin yang datang jauh-jauh dari luar Damaskus. Saya tidak punya siapa-siapa di kota ini. Namun, saya ingin berguru kepada engkau," katanya membuka pembicaraan.

"Karena itu, apakah engkau mengizinkan saya tinggal bersama engkau? Bolehkah saya tinggal di masjid ini, dan makan serta minum bersama keluarga engkau?" lanjut dia.

Singkat cerita, syekh tersebut setuju. Maka pemuda ini tinggal bersamanya.

Tiga bulan berlalu. Pemuda tadi mendapati kebiasaan zuhud syekh yang tabiin ini. Bila ada rezeki, syekh dan keluarganya makan rutin dua atau tiga kali sehari. Mereka berpuasa bila sedang kekurangan makanan. Pemuda itu pun mengikuti irama kehidupan sang syekh dan keluarga.

Bagaimanapun, kali ini agak berbeda. Sudah tiga hari berturut-turut syekh berpuasa. Mungkin karena sudah kebiasaan, tubuh syekh tersebut tidak terlalu kelaparan. Namun, pemuda tadi tidak kuat. Dia sangat lapar.

Saking laparnya, dia terpaksa mengikat perutnya. Matanya berkunang-kunang. Kepalanya terasa berat.

Saat itulah datang bisikan jahat. Terlintas di dalam benaknya, dirinya kini sudah diperbolehkan secara syariat untuk mencuri makanan sekadarnya.

Bakda isya, pemuda itu melancarkan aksinya. Dia memanjat dinding luar Masjid at-Taubah, yang menempel pada dinding rumah-rumah warga.

Tidak jadi mencuri

Rumah pertama yang dihampirinya hanya diisi beberapa remaja putri. Dari celah balik atap, pemuda itu mengintip ke dalamnya, tetapi langsung memalingkan wajah dari para perempuan itu. Sebab, tujuannya mencuri makanan. Bukan yang lain-lain.

Dia terus merangkak ke atap rumah berikutnya. Dia mencium aroma makanan, sop terung yang baru saja dimasak. Pelan-pelan, pemuda ini meluncur turun dari atap, lalu masuk ke dalam dapur. Di tengah kegelapan, dia membuka tutup panci, kemudian mengambil terung dari dalamnya.

Saat sedang mengunyah, hampir saja dia menelan terung itu. Tiba-tiba, dirinya dikecam rasa takut kepada Allah. Dia berpikir, "Setan telah berhasil menggodaku tiga hal. Pertama, dia menyuruhku mencuri; lalu melihat perempuan yang bukan mahram, dan memasuki rumah orang lain tanpa izin."

Seketika, pemuda ini memuntahkan terung tadi. Dia lantas mengendap-endap keluar dari dapur itu.

Sesampainya di masjid, dia menemukan sang syekh sedang menerima tamu, yakni seorang perempuan yang bercadar dan dua orang pendampingnya. Pemuda itu tampak tidak terlalu peduli. Perutnya masih sangat lapar, sehingga dia hanya terduduk lemas di dinding, agak jauh dari mereka.

Tiba-tiba, syekh memanggilnya, "Wahai, pemuda. Kemarilah."

"Apakah kamu sudah menikah?" tanya syekh lagi.

"Belum, wahai syekh," jawab pemuda itu, masih dengan wajah sayu.

"Apakah kamu mau menikah?" tanya gurunya itu.

Si pemuda tidak menjawab sepatah kata pun. Pertanyaan itu diulangi sang syekh tiga kali berturut-turut, sehingga muridnya itu "terpaksa" mengeluh.

"Wahai, syekh. Saya datang kepadamu sebagai pemuda yang tidak punya apa-apa. Saya hidup bersama keluargamu. Apa yang engkau makan, itulah yang kumakan. Jika engkau berpuasa, saya pun puasa. Tapi akhir-akhir ini saya benar-benar terbatas. Saya seharian belum makan sama sekali. Bagaimana mungkin saya menikah? Dengan apa saya nafkahi istri saya nanti?" katanya.

"Wahai pemuda. Perempuan yang datang kepada saya ini adalah janda. Dia baru saja menyelesaikan masa iddah. Dia takut akan fitnah, sehingga meminta saya untuk menikahkannya dengan seorang pria," kata sang syekh.

"Karena itu, saya ingin kamu menikah dengannya. Kamu tidak perlu khawatir. Perempuan ini memiliki rumah dan hidup berkecukupan," lanjut dia.

Syekh kemudian meminta persetujuan dari perempuan tadi, yang lantas menyanggupi tawarannya. Pemuda itu pun mengangguk setuju. Maka sang syekh memanggil beberapa orang sebagai saksi. Dia juga mengambil satu buah kendi sebagai mas kawin pemuda tadi untuk sang janda.

Akhirnya, menikahlah mereka. Setelah selesai ijab kabul, syekh pun menyuruh pemuda tadi pergi.

"Pergilah ke rumah istrimu. Kalian berdua kini telah suami-istri," ucap syekh sembari memberi selamat dan mendoakan kebaikan.

Maka pasangan itu berjalan menuju rumah tujuan. Dia melewati satu rumah yang tadinya hampir disatroni si pemuda. Tiba di rumah kedua, perempuan itu mempersilakan suami barunya tersebut masuk.

"Silakan," katanya dengan lembut.

Pemuda itu terkejut karena inilah rumah yang tadi dimasukinya tanpa izin.

"Suamiku, tadi kudengar engkau belum makan sama sekali seharian ini. Duduklah di sini. Aku sudah memasak sup terung di dapur," kata sang istri.

Tak lama, perempuan ini sedikit teriak. Dia terkejut karena mendapati betapa berantakan keadaan dapurnya kini.

Dengan tenang, pemuda ini memanggil istrinya itu, "Kemarilah, istriku."

Maka diceritakanlah kronologi sesungguhnya. Awalnya ia berniat mencuri karena lapar, hingga akhirnya meninggalkan perbuatannya itu --dengan memuntahkan terung ke lantai.

"Wahai suamiku. Engkau telah meninggalkan perbuatan buruk karena sup ini bukan milikmu. Tapi kini Allah telah menggantinya dengan yang lebih baik. Bukan hanya sup ini, tetapi juga seisi dapur ini, rumah ini, dan aku yang memiliki rumah ini sekarang menjadi milikmu," kata perempuan cantik ini 

CINTA DALAM PERSFEKTIF SUFI


Aisyah binti Yusuf bin Ahmad bin Nashir al-Ba’uni atau yang lebih dikenal dengan Aisyah al-Ba’uniyah adalah seorang sufi perempuan yang lahir di Damaskus pada 865 Hijriyah atau 1460 Masehi.

Dalam salah satu karyanya yang diterjemahkan dalam buku Menjalin Ikatan Cinta Allah SWT terbitan Turos, Aisyah al-Ba’uniyah mengungkapkan pandangan para ulama tasawuf tentang cinta atau mahabbah. Menurut Aisyah, salah seorang ahli berkata, “Cinta adalah kegembiraan hati menemukan yang dicintai.”


Dikatakan cinta adalah keikhlasan seorang kekasih kepada orang yang dicintainya dalam keadaan bagaimana pun juga. Dikatakan juga bahwa cinta adalah buah dari cita-cita. Semakin tinggi cita-cita seseorang, maka cintanya semakin tulus.
Sementara itu, Imam Qusyairi menyebut cinta dalam kitabnya, Lathaif al-Isyarat. Dia menjelaskan cinta seorang hamba kepada Allah merupakan kondisi sepiritual yang begitu halus dan lembut, yang dia temukan dalam dirinya.
Sufi ar-Rudzbari (abad ke-10 M) juga mengungkapkan pandangannya tentang cinta. Ia berkata, “Selama engkau belum keluar sepenuhnya dari dirimu, engkau belum masuk ke dalam batas cinta.”
Ulama sufi perempuan, Rabi’ah al-Adawiyah mengatakan, “Pecinta Allah tidak pernah berhenti merindukan dan menghela nafas panjang hingga dia beristirahat tenang di sisi Dia yang dicintainya.”
Sedangkan Abdullah al-Qurasyi berkata, “Hakikat cinta adalah engkau memberikan seluruh dirimu kepada Dia (Allah) yang kamu cintai dan tidak ada sisa sedikit pun dari dirimu.”