This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tampilkan postingan dengan label Serba-Serbi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Serba-Serbi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 Juli 2023

BENARKAH HAWA TERCIPTA DARI RUSUK ADAM?



Apakah Benar Siti Hawa Diciptakan Dari Tulang Rusuk Nabi Adam?

Kemarin saya membeli buku (al-Israiliat wa al-Marjuh fi Tafsir al-Jalalain) yang sangat bagus tentang Israiliyyat. Buku ini ditulis oleh seorang Dosen Universitas Islam di Bangladesh, Dr. Muhammad Abdul Qadir Ma'shum. Di sana, beliau mengumpulkan riwayat-riwayat Israiliyyat dan penafsiran pada Tafsir Jalalain yang dinilai lemah, lalu memberikan komentar serta penafsiran yang kuat untuk mengganti posisi penafsiran tersebut.

Secara umum buku ini sangat bagus bagi pengkaji tafsir, khususnya bagi yang suka membaca Tafsir Jalalain. Karena selain penulis memberikan tafsiran yang kuat sebagai pengganti riwayat tafsiran yg lemah, referensi yang digunakan banyak dikutip dari buku-buku dari India ataupun Bangladesh yang berbahasa Urdu yang sudah diterjemahkan ke Arab.

Di antara catatan penulis terhadap Tafsir Jalalain, saat Imam Suyuthi menuliskan tafsir ayat 248 surat al-Baqarah, kalimat “al-Tabut” beliau tafsirkan dengan kotak yang berisi gambar-gambar para nabi. Pendapat ini dikomentari oleh banyak ahli tafsir, di antaranya Imam al-Alusi dalam Ruh al-Ma'ani, bahwa tidak ada satupun hadits shahih yang menyebutkan penafsiran tersebut.

Riwayat yang ada, sebagaimana riwayat Qatadah, 'Ikrimah, dan al-Rabi bin Anas, al-Tabut adalah kotak yang berisi tongkat Musa dan potongan-potongan papan (lauh) Taurat yang berisi wahyu.

Juga pada saat Imam al-Mahalli menuliskan tafsir ayat 33 surat al-Zukhruf, kalimat “Ja'alna-hu Qur'anan”, beliau tafsirkan dengan “Awjadna al-Kitab”, yang diartikan dengan “kami adakan kitab tersebut”.

Dr. Muhammad Abdul Qadir menilai jika Imam al-Mahalli seolah sedikit terpengaruh dengan penafsiran al-Zamakhsyari yang menafsirkan “Ja'alna-hu” dengan tafsir “khalaqnahu”, yang mengarah kepada keyakinan Zamakhsyari sebagai seorang Mu'tazilah bahwa al-Quran adalah makhluk. Penulis buku melihat bahwa tafsiran yang tepat adalah apa yang ditafsirkan oleh al-Thabari dan Ibnu Katsir dengan tafsiran “Anzalnahu”, dan inilah tafsiran yang masyhur dikalangan ahli tafsir.
•••

Ada pembahasan unik dalam buku ini, saat penulis mengomentari Tafsiran Imam Suyuthi pada ayat pertama surat al-Nisa: (وخلق منها زوجها), di mana beliau menafsirkan maksudnya adalah Siti Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Nabi Adam.

Pertama, penafsiran imam suyuthi bukanlah hal yang baru. Pendapat ini banyak diambil oleh para ahli tafsir semisal al-Thabari, Ibnu Katsir, al-Razi, al-Baghawi, al-Alusi, dan para ahli tafsir lain.

Namun pendapat ini akan menjadi kontroversial jika dihadapkan oleh para orientalis yang tidak senang dengan islam. Mereka akan mempertanyakan tafsir tersebut, bagaimana mungkin perempuan diciptakan dari laki-laki?

Disisi lain, terjadi perdebatan dengan penafsiran tersebut, karena Al-Quran menjelaskan penciptaan manusia, tapi tidak menyebutkan penciptaan Hawa secara khusus. Tidak juga ada hadits yang menjelaskan bagaimana Hawa tercipta.

Oleh karena itu beberapa ahli tafsir mutaakhirin menganggap penafsiran awal tidak kuat. Mereka lebih memilih penafsiran Rabi' bin Anas dan Ja'far al-Shadiq yang mana keduanya adalah pembesar al-Tabi'in yang mengatakan bahwa Hawa tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam, tapi dari tanah yang digunakan untuk menciptakan Adam.

Dalil mereka, jika seandainya Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam, seolah Adam menikahi dirinya sendiri. Padahal bisa saja Allah menciptakan Hawa dari tanah sebagaimana Ia menciptakan Adam.

Pendapat kedua ini dikuatkan oleh tafsiran Syekh Al-Sya'rawi. Beliau mengatakan, jika seandainya siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, maka al-Quran akan menggunakan kalimat: (جعل منها زوجها) dan tidak menggunakan “khalaqa”, sebab al-ja'l maknanya mengambil dari materi yang sudah siap, dan kemudian dibentuk sesuai dengan keinginan. Sedangkan kalimat “khalaqa” maknanya adalah ciptaan baru yang tersendiri, tidak diambil dari bahan ciptaan yang sudah jadi. Maka tafsiran Syekh Sya'rawi terhadap kalimat tersebut: “Allah menciptakan Hawa sama dengan jenis penciptaan Adam”, maksudnya sama-sama manusia.

Dalil penguat berikutnya disampaikan oleh Syekh Abdul Majid al-Daryabai dalam Tafsir beliau yang berbahasa Urdu, di sana beliau mengatakan bahwa Al-Quran tidak menerangkan penciptaan Hawa, dan tidak juga bagaiamana ia diciptakan. Adapun Hadits yang mengatakan:

إن المرأة خلقت من ضلع

“Sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk”

Tidak ada yang berterus terang jika yang dimaksud adalah siti Hawa. Bahkan dalam riwayat yang ada pada al-Bukhari mengatakan: “Perempuan seperti tulang rusuk”, maka bisa difahami bahwa hadits yang pertama bukan ingin menjelaskan asal muasal penciptaan, tapi sekedar tasybih bahwa antara perempuan dan tulang rusuk memiliki kesamaan. Titik samanya ada pada lanjutan hadits: “jika kamu memaksanya untuk lurus, maka ia akan patah, dan jika kamu berbuat baik dengannya, maka kamu akan merasa nyaman”.

Hadits-hadits tersebut tidak bisa dibawa kepada kisah Siti Hawa secara khusus, karena kalimat perempuan di sana menunjukkan keumuman. Dan tidak bisa dibawa bahwa semua perempuan diciptakan dari tulang rusuk calon suaminya, karena tidak ada dalil yang menjelaskan.

Pada ayat tersebut juga sedang berbicara tentang Allah yang memuliakan laki-laki dan perempuan dengan posisi yang sama, tanpa perbedaan. Oleh karenanya, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan asal yang sama. Dengan sifat kemanusiaan yang sama. Terdiri dari jasad dan ruh, yang diisi dengan indra perasa yang sama.

Maka penafsiran bahwa Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk adam sepertinya tidak cocok karena condong membedakan asal muasal penciptaan dan seolah ada perbedaan yang jauh, padahal ayat itu sedang menjelaskan kesetaraan derajat. Wa Allahu 'alam.

Oleh : Kang Ibnu (telegram).

Rabu, 05 Juli 2023

PARA MUJADDID DI SETIAP MASA

 Nabi Saw bersabda, 

(إن الله يبعث لهذه الأمة على رأس كل مئة سنة من يجدد بها أمر دينها

"Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun seseorang yang memperbaharui agamanya".(HR. Abu Daud). 

Ketika bid'ah dan kemaksiatan merajalela, Allah akan mengutus para ulama di setiap abad yg akan mengembalikan ummat pada jalan agama yg benar, memberantas bid'ah dan paham-paham sesat, dan menegakkan kembali sunnah yg sudah tergerus dan pudar. Ini di antara keistimewaan ummat Nabi Muhammad Saw. 

Predikat mujaddid itu diketahui dari ijtihad para ulama, melihat dari sisi gerakan dakwah dan kebermanfaatan ilmunya dalam menghidupkan kembali agama Islam yg sudah jauh ditinggalkan dan diselewengkan. Pastinya, mereka adalah para alim ulama yg memiliki kedalaman ilmu dzhohir dan batin. 

Banyak ulama yg berpendapat bahwa mujaddid di setiap abad itu tidak mesti satu orang, berdalil dengan keumuman hadits di atas dengan lafadz (مَنْ) yg bisa bermakna satu atau lebih. Imam Ibnu Hajar di antara yg berpendapat demikian. 

Imam Suyuthi menulis satu kitab khusus yg berbicara tentang para mujaddid setiap abad dengan judul:

[التنبئة بمن يبعث الله على رأس كل مئة]

Berikut nama-namanya:

1.    Abad Pertama, Umar bin Abdul Aziz (w. 101 H) 

2.   Abad kedua, Muhammad bin Idris As-Syafi'i (w. 204 H) 

Kedua sosok ini hampir disepakati oleh semua ulama. Bahkan Imam Syafi'i diisyaratkan langsung oleh Nabi Saw. 

3.   Abad ke-3, Imam Ibnu Suraij (w. 306 H) atau Abul Hasan Al-Asy'ary (w. 324H). 

Karena ini adalah hasil ijtihad, maka kita banyak menemukan perbedaan dalam menentukan siapa yg mengisi kursi mujaddid di suatu abad. 

Di abad ke tiga ini, Imam Nawawi dan Imam Tajuddin As-Subki lebih memilih Imam Ibnu Suraij, sedangkan Imam Ibnu Asakir lebih merojihkan Imam Asy'ariy yg menempati mujaddid di abad ke-3. 

4.   Abad ke-4, Abu Hamid Al-Isfirayini (406 H) atau Imam Sahl bin Abi Sahl As-Sho'luqi atau Abu Bakar Al-Baqillany (w. 403 H). Imam Ibnu Asakir lebih memilih yg terakhir. 

5.   Abad ke-5, Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghozali (w. 505 H). Beliau juga termasuk mujaddid yg disepakati oleh para ulama. 

Imam Al-Hafidz Al-Iroqy dalam muqoddimah Takhrij Ahaditsil Ihya' menulis, 

"الغالب على الظن أن الغزالي هو المراد بمن يجدد لهذه الأمة دينها على رأس المائة الخامسة

"Dugaan terkuat menyatakan bahwa Imam Ghozali lah yg dimaksud mujaddid di abad ke-5" 

Dan Imam Ghazali mengaku sendiri dalam kitab beliau Al-Munqidz bahwa beliaulah yang diutus sebagai pembaharu agama di abad ke-5. 

6.   Abad ke-6, Imam Fakhruddin Ar-Razi (w. 606 H) atau Imam Rofi'iy (w. 623 H) 

7.   Abad ke-7, Imam Ibnu Daqiq Al-I'ed (w. 702 H). Beliau juga mujaddid yg disepakati. 

8.   Abad ke-8, Imam Sirojuddin Al-Bulqiniy (w. 805 H) atau Imam Iroqiy (w. 806 H). 

9.   Abad ke-9, Imam Suyuthi (w. 911 H). Imam Suyuthi menganggap diri beliaulah mujaddid di abad ini.

Imam Suyuthi membuat nadzam mengenai nama-nama mujaddid ini yg beliau beri nama,

[تحفة المهتدين بأسماء المجددين

Setelah menyebutkan sekian nama setiap abad, beliau melanjutkan,  

وهذه تاسعة المئين قد

أتت ولا يخلف ما الهادي وعد

وقد رجوت أنني المجدد

فيها ففضل الله ليس يجحد

Syeikh Abdul Hamid Syanuhah yg mentahqiq kitab Imam Suyuthi ini melanjutkan penyebutan mujaddid setiap abad berikutnya, menurut beliau; 

10.Abad ke-10, Imam Syamsuddin Ar-Romli (1004 H). 

11.       Abad ke-11, Ibrahim bin Hasan Al-Kurdi (w. 1101) 

12.       Abad ke-12, Sayyid Murtadho Az-Zabidi (w. 1205 H) 

Dan seterusnya sampai hari kiamat, Imam Suyuthi menyebutkan bahwa di akhir abad umur dunia ini, Nabi Isa yg menjadi mujaddid terakhir. 

Pemilihan para ulama terhadap beberapa orang ini tentu bukan asal-asalan, tapi ada kriteria yg harus dipenuhi, pastinya bukan ulama biasa.

Jika kita perhatikan, para mujaddid ini wafat di tahun-tahun awal suatu abad baru, misalnya Imam Syafi'i wafat tahun 204 H, awal dari abad ke-3, Ibnu Suraij tahun 306 H, awal dari abad ke-4, dst.

Para ulama menyimpulkan bahwa makna (رأس المائة) waktu "diutusnya" mujaddid dalam hadits tersebut adalah penghujung atau akhir abad. Jadi, Imam Syafi'i menjadi mujaddid di akhir abad ke-2, dst. 

Wallahu a'lam.

Ustad Amru Hamdany


Senin, 03 Juli 2023

KEJUJURAN BERBUAH BERKAH


Pada suatu malam menjelang dini hari, Umar bin Khattab beserta pengawalnya melakukan inspeksi ke pinggiran kota. Tanpa sengaja sang khalifah mendengar percakapan antara seorang ibu dengan anak gadisnya. Ibunya berkata,"Campur saja susunya dengan air agar kelihatan banyak." Lalu anak gadisnya menjawab, "Bagaimana saya harus melakukan sedang Amirul mukminin Umar bin Khattab telah mengeluarkan pernyataan melarang susu untuk dicampur dengan air?"

Selanjutnya ibunya berkata, "Khalifah Umar bin Khattab khan  tidak mengetahuinya." Lalu sang gadis menimpali ucapan ibunya,"Kalau Khalifah Umar bin Khattab tidak mengetahuinya, maka Allah pasti mengetahuinya."


Percakapan antara ibu dengan anak gadis tersebut sangat berkesan sekali di hati Umar bin Khattab. Keesokan hari, asal khalifah menurut pengawalnya menyelidiki kedua wanita tersebut. Setelah mengetahui sang gadis masih perawan, Umar bin Khattab memanggil putranya, 'Ashim dan menawarkan gadis itu untuk dinikahinya. Disuruhnya putranya untuk melihat langsung paras wajah gadis itu.


Umar berpesan"Pergilah wahai anakku. Lihatlah gadis itu, nikahilah dia, dan aku berharap dia akan melahirkan seorang pahlawan yang mampu memimpin bangsa Arab."


Pernikahan pun berlangsung. Dari pasangan inilah seorang perempuan, Ummu Ashim (Laila) binti 'Ashim, yang kemudian dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan selanjutnya melahirkan Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang kelima setelah Khulafaur Rasyidin dalam hal keadilannya. 


Tepat sekali apa yang diprediksi oleh Khalifah Umar bin Khattab Ra bahwa sifat amanah dan kejujuran menjadi penghubung antara Khalifah Umar bin Khattab dengan Umar bin Abdul Aziz dan membawa keberkahan.


Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kejujuran akan membawa sebuah keberkahan. Demikian juga bahwa bobot, bebet dan bibit akan mempengaruhi kualitas generasi yang meneruskan keturunan.


Semoga saja kisah ini menginspirasi bagi pembaca. Amin.

Jumat, 30 Juni 2023

AKTIVITAS SEPUTAR HARI RAYA

 Hari raya Idul Fitri merupakan hari yang sangat mulia, yang pada saat itu umat Islam merayakan kemenangan terhadap pengendalian nafsu selama bulan Ramadhan. Dalam merayakan hari kemenangan tersebut Islam mengajarkan tata cara secara terperinci:

  • Berhias dengan memakai pakaian yang bagus, menggunakan parfum, mandi dan lain-lain. Khusus untuk wanita di luar rumah tidak memakai wangi-wangian dan pakaian yang indah yang dapat menimbulkan fitnah. Dalam sebuah riwayat Rasulullah memerintahkan agar pada hari Idul Fitri dan Idul Adha mengenakan pakaian yang terbagus memakai wewangian yang terbaik dan berkorban pada Idul Adha dengan hewan yang paling berharga.

Namun yang perlu diingat adalah menghindari sifat boros dan berlebih-lebihan. Berhias bukan berarti memakai pakaian yang baru atau mahal, tapi yang penting bersih dan menutup aurat. Keindahan akan menjadi sia-sia jika tidak menutup aurat.

  • Melalui jalan yang berbeda pada saat pulang dan pergi. Nabi SAW biasa menempuh jalan lain pada hari raya. Maksudnya pergi melalui sebuah jalan dan pulang melalui jalan lain. Hikmahnya adalah untuk menampakkan syiar Islam, orang yang mempunyai keperluan dapat menunaikan keperluannya pada saat itu.

  • Bertakbir saat keluar dari rumah.

Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah pada saat keluar rumah di hari Idul Fitri dan bertakbir hingga tiba di lapangan dan menunaikan salat Ibnu Umar berangkat pagi hari pada hari idul Fitri dan idul Adha dengan mengeraskan suara takbir hingga tiba di tempat salat. Beliau bertakbir hingga Imam datang.

  1. Makan sebelum salat Ied. Nabi selalu makan sebelum berangkat ke tempat salat pada hari raya Idul Fitri. Sebaliknya pada hari Idul Adha beliau makan setelah salat.

  2. Mandi sebelum salat. Abdullah bin Umar ra biasa mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat ke lapangan para ulama telah sepakat dianjurkan mandi sebelum Idul Fitri dan Idul Adha.

  3. Mengucapkan salam Idul Fitri. Yaitu mengucapkan taqobalallahu minna wa minkum. (Semoga Allah menerima amal kita semua).  Imam Ahmad menganggap itu sebagai keringanan. Namun, beliau berkata, "Saya tidak memulai ucapan tersebut. Jika orang lain mengucapkannya kepada saya terlebih dahulu, saya akan jawab. Sebab, menjawab kehormatan itu wajib. Tapi memulai ucapan selamat bukanlah sunnah yang dianjurkan dan juga tidak dilarang."

  4. Mengajak seluruh anggota keluarga rumah untuk menghadiri salat Idul Fitri dan Idul Adha anak-anak perempuan dan laki-laki diperintahkan keluar ke lapangan pada hari Idul Fitri dan Idul Adha tanpa membedakan antara gadis, janda, remaja, tua atau yang sedang haid. Wanita yang sedang haid tidak ikut salat, tapi hanya datang dan mendengarkan khotbah

  5. Bermain pada saat hari raya. Mainan yang tidak haram, rehat yang sehat, nyanyian yang baik, dibolehkan dilakukan pada hari idul Fitri sebagai olahraga bagi badan dan rehat bagi jiwa. Kaum Anshar di masa Rasulullah mempunyai dua hari di mana mereka bermain. Rasulullah berkata kepada mereka, "Sungguh Allah ta'ala telah menggantikan buat kalian yang lebih baik dari dua hari itu, yaitu hari idul Adha dan idul Fitri

  6. Dalam merayakan hari raya Idul Adha maupun Idul Fitri ada beberapa hal yang harus dihindari diantaranya adalah:

    • Mubazir atau boros. Masih banyak saudara-saudara kita di tempat lain yang kesulitan mencari makan. Allah menegaskan bahwa orang-orang yang berlaku boros adalah saudara setan.

    • Tidak berlebih-lebihan pada yang dibutuhkan.

    • Tidak ikhtilat atau bercampur baur dengan yang bukan mahram. Suasana hari Raya sangat mendukung untuk terciptanya ikhtilat titik namun demikian, setiap muslim dan muslimah harus dapat menghindari hal ini.  sebab, yang dilarang Allah bukan hanya zina, tapi juga mendekatinya.

    • Bersalaman dengan yang bukan mahram titik sering terjadi, karena alasan bermaaf-maafan kamu seorang laki-laki mengalami wanita yang bukan mahramnya. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya saya tidak pernah bersalaman dengan wanita.

Demikianlah serba-serbi selama Idul Fitri dan Idul Adha

Semoga Allah menerima amal ibadah kita.