This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 08 Juli 2023

ALIM DAN SHALIH TIDAK MESTI BERKUMPUL DALAM SATU PRIBADI


Dalam zaman yang sudah sangat langka orang yang memahami Tahqiqotul U'lum Addaqiqoh seperti sekarang ini maka kita akan melihat banyak sekali kerancauan dalam pahaman-pahaman islam dari segala sudutnya akan tetapi dalam kesempatan ini saya akan sedikit membahas tentang kesalehan & kealiman.


Kesalehan jika di definisikan sebagai orang yang berakhlak baik & banyak beribadah maka orang tersebut belum pasti berilmu banyak dengan makna mungkin saja orang tersebut ilmunya sedikit sekali akan tetapi dia mengamalkan apa yang dia punya seperti sholat 5 waktu, Sholat Sunnah, Puasa sunnah, Sedekah dll akan tetapi jika disuruh baca al-Quran Makhorijul hurufnya amburadul apalagi diminta baca kitab gundul baru sampai mubtada' saja sudah di majrurkan : Zaidin Qoiman!!

Orang semacam ini mungkin akan mudah kita jumpai didalam masyarakat akan tetapi orang semacam ini tidak boleh ( berdosa) kita mintai fatwa dalam hukum-hakam yang berkaitan dalam agama bahkan jika dia menjawabnya diapun juga akan ikut berdosa sama seperti orang ini segala macam orang soleh ( Baik) dengan segala profesi & latar belakangnya .begitu pula orang semacam ini sangat mudah jatuh dalam amalan yang bid'ah atau berdosa ( Seperti sholat hajat setelah Sholat Ashar) karena minimnya pengetahuannya tentang agama.

Adapun orang A''alim adalah orang yang banyak ilmunya dalam bidang agama pada segala bidangnya mulai dari ilmu Alatnya sampai Maqosidnya. biasanya orang ini diketahui dari karangan kitabnya, lama mondoknya, gelar akademiknya, kegiatannya sehari-hari atau kesaksian para guru & kawan-kawannya ketika belajar, maka orang alim ini biasanya tidak mungkin tersembunyi terutama dalam zaman viral medsos semacam ini.

Selama disyaratkan dalam orang Alim itu hanya banyak ilmu agamanya  maka tidak perlu dia itu menjadi orang baik dengan makna bisa saja orang alim ini Fasiq seperti suka menipu,korupsi, bermain perempuan bahkan membenci islam sekalipun & didalam sejarah Islam ada orang-orang semacam ini bahkan pada zaman sekarang anda akan melihat orang-orang yang dinisbatkan pada ilmu melakukan hal-hal tersebut.

Hal ini menurut saya tidaklah aneh karena memang orang alim tidak mesti baik & makna inilah yang dikatakan oleh Syaikh Islam Zakariya al-Anshori dalam kitab beliau Lubbul Ushul dalam Bab ijtihad : ولا يعتبر علم الكلام وتفاريع الفقه والذكورة والأنوثة وكذا العدالة في الأصح yang artinya : tidak disyaratkan unutk menjadi mujtahid mutlaq seseorang tersebut mengetahui ilmu kalam, furu' fiqh, laki-laki atau perempuan & 'adalah!! yang artinya mujtahid ( orang alim) bisa menjadi seroang yang Fasiq.

Akan tetapi orang semacam ini tidak bisa diikuti fatwa-fatwa nya karena kefasikannya tersebut karena ada potensi dia bohong pada fatwa serta ijtihadnya atau fatwanya hanya berdasarkan perkara duniawi saja alias menjual fatwanya.

Selama kita tau bahwa orang soleh tidak mesti alim & orang alim tidak mesti pandai maka ada kelompok ke-3 yang paling sempurna yaitu orang alim & Soleh pula, orang semacam inilah inilah yang mesti kita ikuti sebagai sauri tauladan kita di dunia dalam perkaran agama tidak perduli latar belakang orang tersebut.

Maka jika orang soleh saja tidak mesti Alim apalagi orang yang viral & good looking mereka tidak semestinya adalah orang alim akan tetapi ironisnya pada zaman ini setiap ada orang pidato kemudian viral maka sudah dianggap bahwa orang tersebut alim bahkan hanya dengan menyanyi nyanyian Islami kemudian viral sudah dimintai Fatwa dalam masalah yang lebih ironisnya lagi orang tersebut menjawabnya kemudian jawabannya dibuat perbandingan dengan jawaban ulama-ulama yang kompeten dalam bidangnya seperti yang sudah lama bekerja dalam institusi-institusi fatwa di Negara mereka masing-masing!!!

Hal-Hal semacam ini mesti kita pegang jika kita ingin selamat di dunia serta diakhirat karena saya sering melihat orang-orang salah kaprah dalam membedakan antara orang-orang tersebut.maka orang Baik ( Soleh) tidak mesti Alim & orang Alim tidak mesti Soleh akan tetapi orang Alim nan Soleh lah yang mesti dijadikan panutan didalam islam tanpa melihat background keluarga, tampilan, kekayaan & kedudukan sosial.

Wallahu A'lam
Oleh: Habib Ali Baqir al-Saqqaf 

BENARKAH HAWA TERCIPTA DARI RUSUK ADAM?



Apakah Benar Siti Hawa Diciptakan Dari Tulang Rusuk Nabi Adam?

Kemarin saya membeli buku (al-Israiliat wa al-Marjuh fi Tafsir al-Jalalain) yang sangat bagus tentang Israiliyyat. Buku ini ditulis oleh seorang Dosen Universitas Islam di Bangladesh, Dr. Muhammad Abdul Qadir Ma'shum. Di sana, beliau mengumpulkan riwayat-riwayat Israiliyyat dan penafsiran pada Tafsir Jalalain yang dinilai lemah, lalu memberikan komentar serta penafsiran yang kuat untuk mengganti posisi penafsiran tersebut.

Secara umum buku ini sangat bagus bagi pengkaji tafsir, khususnya bagi yang suka membaca Tafsir Jalalain. Karena selain penulis memberikan tafsiran yang kuat sebagai pengganti riwayat tafsiran yg lemah, referensi yang digunakan banyak dikutip dari buku-buku dari India ataupun Bangladesh yang berbahasa Urdu yang sudah diterjemahkan ke Arab.

Di antara catatan penulis terhadap Tafsir Jalalain, saat Imam Suyuthi menuliskan tafsir ayat 248 surat al-Baqarah, kalimat “al-Tabut” beliau tafsirkan dengan kotak yang berisi gambar-gambar para nabi. Pendapat ini dikomentari oleh banyak ahli tafsir, di antaranya Imam al-Alusi dalam Ruh al-Ma'ani, bahwa tidak ada satupun hadits shahih yang menyebutkan penafsiran tersebut.

Riwayat yang ada, sebagaimana riwayat Qatadah, 'Ikrimah, dan al-Rabi bin Anas, al-Tabut adalah kotak yang berisi tongkat Musa dan potongan-potongan papan (lauh) Taurat yang berisi wahyu.

Juga pada saat Imam al-Mahalli menuliskan tafsir ayat 33 surat al-Zukhruf, kalimat “Ja'alna-hu Qur'anan”, beliau tafsirkan dengan “Awjadna al-Kitab”, yang diartikan dengan “kami adakan kitab tersebut”.

Dr. Muhammad Abdul Qadir menilai jika Imam al-Mahalli seolah sedikit terpengaruh dengan penafsiran al-Zamakhsyari yang menafsirkan “Ja'alna-hu” dengan tafsir “khalaqnahu”, yang mengarah kepada keyakinan Zamakhsyari sebagai seorang Mu'tazilah bahwa al-Quran adalah makhluk. Penulis buku melihat bahwa tafsiran yang tepat adalah apa yang ditafsirkan oleh al-Thabari dan Ibnu Katsir dengan tafsiran “Anzalnahu”, dan inilah tafsiran yang masyhur dikalangan ahli tafsir.
•••

Ada pembahasan unik dalam buku ini, saat penulis mengomentari Tafsiran Imam Suyuthi pada ayat pertama surat al-Nisa: (وخلق منها زوجها), di mana beliau menafsirkan maksudnya adalah Siti Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Nabi Adam.

Pertama, penafsiran imam suyuthi bukanlah hal yang baru. Pendapat ini banyak diambil oleh para ahli tafsir semisal al-Thabari, Ibnu Katsir, al-Razi, al-Baghawi, al-Alusi, dan para ahli tafsir lain.

Namun pendapat ini akan menjadi kontroversial jika dihadapkan oleh para orientalis yang tidak senang dengan islam. Mereka akan mempertanyakan tafsir tersebut, bagaimana mungkin perempuan diciptakan dari laki-laki?

Disisi lain, terjadi perdebatan dengan penafsiran tersebut, karena Al-Quran menjelaskan penciptaan manusia, tapi tidak menyebutkan penciptaan Hawa secara khusus. Tidak juga ada hadits yang menjelaskan bagaimana Hawa tercipta.

Oleh karena itu beberapa ahli tafsir mutaakhirin menganggap penafsiran awal tidak kuat. Mereka lebih memilih penafsiran Rabi' bin Anas dan Ja'far al-Shadiq yang mana keduanya adalah pembesar al-Tabi'in yang mengatakan bahwa Hawa tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam, tapi dari tanah yang digunakan untuk menciptakan Adam.

Dalil mereka, jika seandainya Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam, seolah Adam menikahi dirinya sendiri. Padahal bisa saja Allah menciptakan Hawa dari tanah sebagaimana Ia menciptakan Adam.

Pendapat kedua ini dikuatkan oleh tafsiran Syekh Al-Sya'rawi. Beliau mengatakan, jika seandainya siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, maka al-Quran akan menggunakan kalimat: (جعل منها زوجها) dan tidak menggunakan “khalaqa”, sebab al-ja'l maknanya mengambil dari materi yang sudah siap, dan kemudian dibentuk sesuai dengan keinginan. Sedangkan kalimat “khalaqa” maknanya adalah ciptaan baru yang tersendiri, tidak diambil dari bahan ciptaan yang sudah jadi. Maka tafsiran Syekh Sya'rawi terhadap kalimat tersebut: “Allah menciptakan Hawa sama dengan jenis penciptaan Adam”, maksudnya sama-sama manusia.

Dalil penguat berikutnya disampaikan oleh Syekh Abdul Majid al-Daryabai dalam Tafsir beliau yang berbahasa Urdu, di sana beliau mengatakan bahwa Al-Quran tidak menerangkan penciptaan Hawa, dan tidak juga bagaiamana ia diciptakan. Adapun Hadits yang mengatakan:

إن المرأة خلقت من ضلع

“Sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk”

Tidak ada yang berterus terang jika yang dimaksud adalah siti Hawa. Bahkan dalam riwayat yang ada pada al-Bukhari mengatakan: “Perempuan seperti tulang rusuk”, maka bisa difahami bahwa hadits yang pertama bukan ingin menjelaskan asal muasal penciptaan, tapi sekedar tasybih bahwa antara perempuan dan tulang rusuk memiliki kesamaan. Titik samanya ada pada lanjutan hadits: “jika kamu memaksanya untuk lurus, maka ia akan patah, dan jika kamu berbuat baik dengannya, maka kamu akan merasa nyaman”.

Hadits-hadits tersebut tidak bisa dibawa kepada kisah Siti Hawa secara khusus, karena kalimat perempuan di sana menunjukkan keumuman. Dan tidak bisa dibawa bahwa semua perempuan diciptakan dari tulang rusuk calon suaminya, karena tidak ada dalil yang menjelaskan.

Pada ayat tersebut juga sedang berbicara tentang Allah yang memuliakan laki-laki dan perempuan dengan posisi yang sama, tanpa perbedaan. Oleh karenanya, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan asal yang sama. Dengan sifat kemanusiaan yang sama. Terdiri dari jasad dan ruh, yang diisi dengan indra perasa yang sama.

Maka penafsiran bahwa Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk adam sepertinya tidak cocok karena condong membedakan asal muasal penciptaan dan seolah ada perbedaan yang jauh, padahal ayat itu sedang menjelaskan kesetaraan derajat. Wa Allahu 'alam.

Oleh : Kang Ibnu (telegram).

Kamis, 06 Juli 2023

AL-KASB MENURUT AHLUS SUNNAH


Masalah Kasb ini termasuk masalah yang paling susah untuk dipahami dalam  persoalan Ilmu kalam, sampai dikatakan masalah ini rada-rada aneh. Akan tetapi menurut saya sebenarnya masalah kasb ini tidak susah-susah amat,  cuma memang untuk memahaminya perlu beberapa muqoddimat ( premis) yang mesti kita fahami diantaranya:

  1. Bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah ( الله خالق كل شيء) yang mana masuk dalam segala sesuatu ini adalah perbuatan manusia itu sendiri.

  2. Allah mengetahui segala sesuatu yang masuk didalamnya adalah perbuatan manusia itu sendiri dimasa depan.. Dengan arti, sejak azali Allah sudah mengetahui apa yang akan diperbuat oleh Zaidun & semua manusia akan tetapi Allah tidak memaksa manusia melakukannya. Karena tidak ada "Talazum" antara mengetahui & memaksa manusia melakukan apa yang Allah ketahui karena Ta'aaluq ilmu Allah itu al-Inkisyaf bukan al-Ijad. Sebab kita lihat Zaidun yang ahli ma'siat atau Ta'at melakukan maksiatnya & keta'aatannya dengan senang hati tidak secara terpaksa seperti getaran tangannya ketika ketakutan atau kedinginan.

  3. Manusia diperintahkan oleh Allah sesuatu yang hanya masuk dalam kemapuannya saja dengan dalil لا يكلف الله نفسا إلا وسعها maka manusia tidak disuruh untuk menciptakan perbuatannya.


Ini adalah beberapa muqoddimah penting untuk memahami makna "Kasb" yang artinya  adalah "Keinginan manusia untuk berbuat sesuatu yang spesifik dalam keadaan dia mampu melakukannya secara a'dat ( سلامة الآلات والأسباب)". Ketika manusia menginginkan sebuah perbuatan dalam level tertentu maka Allah akan menciptakan kemampuan kepada diri manusia agar dia bisa melakukannya & merealisasikan apa yang dia inginkan dalam dunia nyata tidak hanya sebatas ada dibenaknya saja.


Maka ada semacam "kebersamaan" ( المقارنة) antara apa yang mampu dilakukan oleh manusia yaitu " menginginkan" sebuah perbuatan dengan Kuasa Allah yaitu "memberikan'' kekuatan untuk merealisasikannya di dunia nyata. Sekiranya ketika manusia ingin melakukan sesuatu saat itu juga Allah memberinya kekutan. Disinilah makna perkataan al-Imam al-Ghazali bahwa Kasb itu adalah sabab 'adi  bagi manusia,  agar Allah menciptakan kemampuan untuk melakukan apa yang manusia inginkan.


Dari sinilah kita tidak boleh menyalahkan Allah atas maksiat yang kita perbuat pada saat didunia karena kita yang menginginkannya & Allah hanya memberikan kekuatan kepada anda untuk merealisasikan apa yang anda inginkan. Begitupula kita tidak boleh sombong dengan ibadah kita karena kekuatan yang kita gunakan untuk ibadah semuanya diberikan oleh Allah.  Iniilah makna dari zikir لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم.


Akan tetapi dalam beberapa kasus, Allah akan mempermudah orang untuk berbuat ta'at sekiranya semua kondisi dipermudah baginya maka ini adalah ni'mat dari Allah yang kita namakan taufiq.   Dalam kasus lain,  Allah akan mempermudah orang berbuat maksiat sekiranya semua sebab agar dia menginginkan maksiat dipermudah oleh Allah. Dan ini adalah sebuah ujian/azab yang dikenal dengan nama khuzlan.  Cuma ini hanya terjadi untuk sebagian kecil orang saja yang mana menurut pemahaman saya rata-rata orang akan diberi kesempatan untuk bermaksiat & ta'at dengan kadar yang sama. Kemudian pada hari kiamat mereka semua akan diminta pertanggung jawaban terhadap pilihan mereka.


Inilah makna Kasb menurut al-Imam al-Asy'ary yang beliau ambil dari lafaz Qurani yaitu لها ما كسبت وعليها مااكتسبت.  Akan tetapi al-Imam al-Maturidi memberi nama yang lebih spesifik yaitu al-Iradah Juz'iyah.  Karena masalah ini rumit sekali dalam ta'sil-nya &  mempunyai implikasi yang sangat mendalam ( sudah saya jelaskan didalam daurah Nazom Jauharoh). Maka banyak yang gagal paham,  seperti :

  1. Jabariyah yang mengatakan semua perbuatan manusia diciptakan oleh Allah maka manusia seperti bulu yang tertiup angin, diombang-ambingkan menurut angin ( padahal bulu tidak punya keinginan tidak seperti manusia).

  2. Qodariyah : yang menafikan ilmu Allah terhadap hal-hal yang akan terjadi dimasa depan لا قدر والأمر أنف. Kelompok ini sudah punah sejak zaman al-Imam as-Syafi'i.

  3. al-Mu'tazilah yang mengatakan segala sesuatu diciptakan oleh Allah kecuali perbuatan manusia الإنسان خالق لأفعال نفسه.


Jika anda perhatikan semua dari ketiga kelompok ini mempunyai masalah bahwa ada talazum antara Allah mengetahui segala sesuatu & manusia terpaksa melakukan apa yang Allah ketahui.

Wallahu a'lam.Kapan-kapan akan saya teruskan lagi.Stay tune. 


Oleh : Habib Ali Baqir al-Saqqaf.





Rabu, 05 Juli 2023

4 Permata dalam Diri Manusia dan yang Membinasakannya


 اَلْحَمْدُ ِللهِ الًّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ وَالّذِيْ هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لآاِلهَ إِلّاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُوْصِلُنَا إِلَى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظَرِ لِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وأَشْهَدُ أَنْ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِىُ الرَّؤُفُ الرَّحِيْمُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ 

Kaum muslimin jamaah jumat yang berbahagia

Pertama tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadiarat Allah swt dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil alamin, dimana pada hari  yang mulia ditempat yang dimuliakan oleh Allah ini kita dapat melaksشnakan semua rangkaian ibadah jumat, semoga semua amal ibadah kita diterima oleh Allah swt dan  marilah kita bershalawat kepada Rasulullah dengan mengucapkan :

  اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

Semoga di yaumil akhir kita mendapatkan syafaatnya, amiin ya robbal alaminnn

Selanjutnya selaku khatib Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada kita semua yang hadir marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar benar ketaqwaan dalam arti kata 

 امتثال أوامر الله واجتناب نواهيه

Melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala

Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah, 

Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk terbaik. Ia diciptakan dengan bentuk fisik yang indah, juga diberi perangkat lunak yang sempurna, seperti akal pikiran, rasa, dan karsa (kehendak). Manusia berbeda dari makhluk Allah lainnya. Malaikat diciptakan hanya memiliki akal tanpa diberi syahwat dan nafsu. Hewan dibekali syahwat sehingga hidupnya hanya mengikuti keinginan kebutuhan badannya; makan, minum, berhubungan badan dan segala keinginan yang bersifat jasmaniah. Sementara. Manusia, sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tiin ayat 4 diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya: 

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ “

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Manusia diciptakan dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat, hewan dan setan, yakni berupa akal pikiran, syahwat, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, kehidupan umat manusia lebih dinamis, karena manusia berjuang dalam tarikan antara ketiganya. Manusia bisa menjadi seperti malaikat hanya tunduk patuh pada Allah, bisa seperti hewan hanya mementingkan keinginan jasmaninya, ataupun bisa seperti setan hanya ingin menjerumuskan manusia ke dalam api neraka. Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, manusia dikaruniai empat hal sebagai permata dirinya. Empat permata ini disebutkan Rasulullah dalam hadistnya, sebagaimana dikutip oleh Ihya’ Ulumiddin.

 قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَةُ جَوَهِرَ فِيْ جِسْمِ بَنِيْ اَدَمَ يُزَلُهَا اَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ اَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ وَالدِّيْنُ وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الْصَّالِحُ 

Rasulullah SAW bersabda, “Ada empat permata dalam tubuh manusia yang dapat hilang karena empat hal. Empat permata tersebut adalah akal, agama, sifat malu, dan amal salih”. 

Pertama Akal dan  dan malu, akal adalah alat untuk memahami agama. Agama adalah rambu-rambu atau aturan yang memberikan arah pada manusia, sehingga orang-orang tidak sempurna akalnya seperti anak anak yang belum baligh, atau rusak akalnya seperti orang gila, maka orang tersebut tidak di bebani hukum dan kewajiban menjalankan ajaran agama, kemudian sifat malu adalah pengendali, dan amal salih adalah buah dari akal memahami agama dengan pengendali berupa sifat malu tadi. Akal menjadi pemimpin dalam tubuh manusia untuk memahami mana yang hak dan batil, mana yang patut ataupun tidak, mana yang harus dikerjakan ataupun ditinggalkan. Ibnu Hajar al-Asyqalani dalam kitabnya Nashaihul Ibad mendefinisikan akal sebagai

 جَوْهَرٌ رُوْحَانِيٌّ خَلَقَهُ اللهُ تَعَالَى مُتَعَلَّقًا بِبَدْنِ الاِنْسَانِ يُعْرَفُ بِهِ الْحَقُّ وَالْبَاطِلُ “

Permata ruhani ciptaan Allah yang berada dalam jasad manusia untuk mengetahui sesuatu yang hak dan batil.”

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah, 

Permata kedua yang dikaruniakan Allah kepada manusia adalah agama. Agama adalah aturan atau norma yang mengarahkan akal manusia untuk menerima hal-hal yang baik, layak dan pantas. Agama menjadi pedoman bagaimana manusia menjalani kehidupannya; bagaimana mengendalikan syahwat dan nafsu. Akal sehat akan mengarahkan kita dapat menerima agama yang hanif (lurus), yang mampu memberikan ketenangan lahir batin dan dapat melahirkan sifat pengedali (malu), serta membuahkan amal salih. Malu merupakan sifat yang dikembangkan oleh agama untuk mengendalikan perilaku manusia, yang dapat membedakan kita dengan hewan ataupun setan. Oleh karena itu, Ibnu Hajar al-Asqalani membagi malu menjadi dua, yakni haya’un nafsiyun dan haya’un imaniyun. Haya’un nafsiyun adalah rasa malu yang diberikan Allah pada setiap manusia, seperti rasa malu memperlihatkan auratnya dan sejenisnya. Sifat ini tidak diberikan pada hewan. Sementara haya’un imaniyun adalah

 أَنْ يَمْنَعَ المُؤْمِنُ مِنْ فِعْلِ الْمَعَاصِي خَوْفًا مِنَ اللهِ “

Ketika seorang mukmin mampu mencegah dirinya untuk berbuat maksiat karena takut kepada Allah subhanahu wata'ala.” Sifat ini hanya diberikan pada orang mukmin yang mampu menggunakan akalnya untuk memahami perintah dan larangan Allah. Karena itu, wajar jika Rasulullah pernah memberikan nasihat kepada sahabatnya dengan mengatakan:

 اَلْحَيَاءُ مِنَ الْاِيْمَانِ 

“Malu itu sebagian dari iman.” 

Malu untuk berbuat maksiat, malu meninggalkan perintah agama, malu tidak berbuat baik dan lain sebagainya. 

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah, 

Permata yang terakhir yang dimiliki manusia adalah amal shalih, yakni perbuatan yang patut dan baik menurut kaidah agama. Amal shalih adalah buah dari kemampuan kita memahami agama, menjalankan perintah agama, serta kemampuan kita mengendalikan sikap dalam kehidupan. Banyak orang mampu memahami agama atau mengerti ilmu agama, tetapi tidak mampu mengendalikan syahwat dan nafsunya, sehingga ia tidak memiliki rasa malu, maka ia hanya bisa melakukan sesuatu yang hanya berorientasi pada kebutuhannya yang kadang merugikan orang lain. Contoh sederhana yang dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari, betapa banyak orang pandai agama tetapi tidak mampu mengendalikan diri, sehingga ia bukan mengamalkan ilmu agama, namun hanya memperalat agama untuk kepentingan dirinya atau kelempoknya. Maka akibat yang timbul dari itu bukan amal shalih tetapi justru maksiat.

Hadirin  Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, 

Rasulullah dalam dalam hadits di atas juga mengingatkan pada kita akan bahaya yang mengancam empat permata manusia tersebut. Rasul mengatakan

: فَالْغَضَبُ يُزِيْلُ الْعَقْلَ وَالْحَسَدُ يُزِيْلُ الدِّيْنَ وَالطَّمَعُ يُزِيْلُ الْحَيَاءَ وَالْغِيْبَةُ يُزِيْلُ الْعَمَلَ الصَّالِحَ “

Ghadlah (marah-marah) dapat menghilangkan akal, iri dan dengki (hasud) dapat menghilangkan agama, serakah (thama’) dapat menghilangkan sifat malu, dan menggunjing (ghibah) dapat menghilangkan amal shalih. 

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah,

Demikianlah khutbah kita hari ini.

Semoga kita dapat mengoptimalkan permata yang ada dalam hidup kita untuk menjadi insan pilihan dan masuk dalam kategori muttaqin (orang yang memiliki ketakwaan).

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ