This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 06 Juli 2023

AL-KASB MENURUT AHLUS SUNNAH


Masalah Kasb ini termasuk masalah yang paling susah untuk dipahami dalam  persoalan Ilmu kalam, sampai dikatakan masalah ini rada-rada aneh. Akan tetapi menurut saya sebenarnya masalah kasb ini tidak susah-susah amat,  cuma memang untuk memahaminya perlu beberapa muqoddimat ( premis) yang mesti kita fahami diantaranya:

  1. Bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah ( الله خالق كل شيء) yang mana masuk dalam segala sesuatu ini adalah perbuatan manusia itu sendiri.

  2. Allah mengetahui segala sesuatu yang masuk didalamnya adalah perbuatan manusia itu sendiri dimasa depan.. Dengan arti, sejak azali Allah sudah mengetahui apa yang akan diperbuat oleh Zaidun & semua manusia akan tetapi Allah tidak memaksa manusia melakukannya. Karena tidak ada "Talazum" antara mengetahui & memaksa manusia melakukan apa yang Allah ketahui karena Ta'aaluq ilmu Allah itu al-Inkisyaf bukan al-Ijad. Sebab kita lihat Zaidun yang ahli ma'siat atau Ta'at melakukan maksiatnya & keta'aatannya dengan senang hati tidak secara terpaksa seperti getaran tangannya ketika ketakutan atau kedinginan.

  3. Manusia diperintahkan oleh Allah sesuatu yang hanya masuk dalam kemapuannya saja dengan dalil لا يكلف الله نفسا إلا وسعها maka manusia tidak disuruh untuk menciptakan perbuatannya.


Ini adalah beberapa muqoddimah penting untuk memahami makna "Kasb" yang artinya  adalah "Keinginan manusia untuk berbuat sesuatu yang spesifik dalam keadaan dia mampu melakukannya secara a'dat ( سلامة الآلات والأسباب)". Ketika manusia menginginkan sebuah perbuatan dalam level tertentu maka Allah akan menciptakan kemampuan kepada diri manusia agar dia bisa melakukannya & merealisasikan apa yang dia inginkan dalam dunia nyata tidak hanya sebatas ada dibenaknya saja.


Maka ada semacam "kebersamaan" ( المقارنة) antara apa yang mampu dilakukan oleh manusia yaitu " menginginkan" sebuah perbuatan dengan Kuasa Allah yaitu "memberikan'' kekuatan untuk merealisasikannya di dunia nyata. Sekiranya ketika manusia ingin melakukan sesuatu saat itu juga Allah memberinya kekutan. Disinilah makna perkataan al-Imam al-Ghazali bahwa Kasb itu adalah sabab 'adi  bagi manusia,  agar Allah menciptakan kemampuan untuk melakukan apa yang manusia inginkan.


Dari sinilah kita tidak boleh menyalahkan Allah atas maksiat yang kita perbuat pada saat didunia karena kita yang menginginkannya & Allah hanya memberikan kekuatan kepada anda untuk merealisasikan apa yang anda inginkan. Begitupula kita tidak boleh sombong dengan ibadah kita karena kekuatan yang kita gunakan untuk ibadah semuanya diberikan oleh Allah.  Iniilah makna dari zikir لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم.


Akan tetapi dalam beberapa kasus, Allah akan mempermudah orang untuk berbuat ta'at sekiranya semua kondisi dipermudah baginya maka ini adalah ni'mat dari Allah yang kita namakan taufiq.   Dalam kasus lain,  Allah akan mempermudah orang berbuat maksiat sekiranya semua sebab agar dia menginginkan maksiat dipermudah oleh Allah. Dan ini adalah sebuah ujian/azab yang dikenal dengan nama khuzlan.  Cuma ini hanya terjadi untuk sebagian kecil orang saja yang mana menurut pemahaman saya rata-rata orang akan diberi kesempatan untuk bermaksiat & ta'at dengan kadar yang sama. Kemudian pada hari kiamat mereka semua akan diminta pertanggung jawaban terhadap pilihan mereka.


Inilah makna Kasb menurut al-Imam al-Asy'ary yang beliau ambil dari lafaz Qurani yaitu لها ما كسبت وعليها مااكتسبت.  Akan tetapi al-Imam al-Maturidi memberi nama yang lebih spesifik yaitu al-Iradah Juz'iyah.  Karena masalah ini rumit sekali dalam ta'sil-nya &  mempunyai implikasi yang sangat mendalam ( sudah saya jelaskan didalam daurah Nazom Jauharoh). Maka banyak yang gagal paham,  seperti :

  1. Jabariyah yang mengatakan semua perbuatan manusia diciptakan oleh Allah maka manusia seperti bulu yang tertiup angin, diombang-ambingkan menurut angin ( padahal bulu tidak punya keinginan tidak seperti manusia).

  2. Qodariyah : yang menafikan ilmu Allah terhadap hal-hal yang akan terjadi dimasa depan لا قدر والأمر أنف. Kelompok ini sudah punah sejak zaman al-Imam as-Syafi'i.

  3. al-Mu'tazilah yang mengatakan segala sesuatu diciptakan oleh Allah kecuali perbuatan manusia الإنسان خالق لأفعال نفسه.


Jika anda perhatikan semua dari ketiga kelompok ini mempunyai masalah bahwa ada talazum antara Allah mengetahui segala sesuatu & manusia terpaksa melakukan apa yang Allah ketahui.

Wallahu a'lam.Kapan-kapan akan saya teruskan lagi.Stay tune. 


Oleh : Habib Ali Baqir al-Saqqaf.





Rabu, 05 Juli 2023

4 Permata dalam Diri Manusia dan yang Membinasakannya


 اَلْحَمْدُ ِللهِ الًّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ وَالّذِيْ هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لآاِلهَ إِلّاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُوْصِلُنَا إِلَى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظَرِ لِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وأَشْهَدُ أَنْ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِىُ الرَّؤُفُ الرَّحِيْمُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ 

Kaum muslimin jamaah jumat yang berbahagia

Pertama tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadiarat Allah swt dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil alamin, dimana pada hari  yang mulia ditempat yang dimuliakan oleh Allah ini kita dapat melaksشnakan semua rangkaian ibadah jumat, semoga semua amal ibadah kita diterima oleh Allah swt dan  marilah kita bershalawat kepada Rasulullah dengan mengucapkan :

  اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

Semoga di yaumil akhir kita mendapatkan syafaatnya, amiin ya robbal alaminnn

Selanjutnya selaku khatib Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada kita semua yang hadir marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar benar ketaqwaan dalam arti kata 

 امتثال أوامر الله واجتناب نواهيه

Melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala

Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah, 

Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk terbaik. Ia diciptakan dengan bentuk fisik yang indah, juga diberi perangkat lunak yang sempurna, seperti akal pikiran, rasa, dan karsa (kehendak). Manusia berbeda dari makhluk Allah lainnya. Malaikat diciptakan hanya memiliki akal tanpa diberi syahwat dan nafsu. Hewan dibekali syahwat sehingga hidupnya hanya mengikuti keinginan kebutuhan badannya; makan, minum, berhubungan badan dan segala keinginan yang bersifat jasmaniah. Sementara. Manusia, sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tiin ayat 4 diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya: 

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ “

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Manusia diciptakan dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat, hewan dan setan, yakni berupa akal pikiran, syahwat, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, kehidupan umat manusia lebih dinamis, karena manusia berjuang dalam tarikan antara ketiganya. Manusia bisa menjadi seperti malaikat hanya tunduk patuh pada Allah, bisa seperti hewan hanya mementingkan keinginan jasmaninya, ataupun bisa seperti setan hanya ingin menjerumuskan manusia ke dalam api neraka. Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, manusia dikaruniai empat hal sebagai permata dirinya. Empat permata ini disebutkan Rasulullah dalam hadistnya, sebagaimana dikutip oleh Ihya’ Ulumiddin.

 قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَةُ جَوَهِرَ فِيْ جِسْمِ بَنِيْ اَدَمَ يُزَلُهَا اَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ اَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ وَالدِّيْنُ وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الْصَّالِحُ 

Rasulullah SAW bersabda, “Ada empat permata dalam tubuh manusia yang dapat hilang karena empat hal. Empat permata tersebut adalah akal, agama, sifat malu, dan amal salih”. 

Pertama Akal dan  dan malu, akal adalah alat untuk memahami agama. Agama adalah rambu-rambu atau aturan yang memberikan arah pada manusia, sehingga orang-orang tidak sempurna akalnya seperti anak anak yang belum baligh, atau rusak akalnya seperti orang gila, maka orang tersebut tidak di bebani hukum dan kewajiban menjalankan ajaran agama, kemudian sifat malu adalah pengendali, dan amal salih adalah buah dari akal memahami agama dengan pengendali berupa sifat malu tadi. Akal menjadi pemimpin dalam tubuh manusia untuk memahami mana yang hak dan batil, mana yang patut ataupun tidak, mana yang harus dikerjakan ataupun ditinggalkan. Ibnu Hajar al-Asyqalani dalam kitabnya Nashaihul Ibad mendefinisikan akal sebagai

 جَوْهَرٌ رُوْحَانِيٌّ خَلَقَهُ اللهُ تَعَالَى مُتَعَلَّقًا بِبَدْنِ الاِنْسَانِ يُعْرَفُ بِهِ الْحَقُّ وَالْبَاطِلُ “

Permata ruhani ciptaan Allah yang berada dalam jasad manusia untuk mengetahui sesuatu yang hak dan batil.”

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah, 

Permata kedua yang dikaruniakan Allah kepada manusia adalah agama. Agama adalah aturan atau norma yang mengarahkan akal manusia untuk menerima hal-hal yang baik, layak dan pantas. Agama menjadi pedoman bagaimana manusia menjalani kehidupannya; bagaimana mengendalikan syahwat dan nafsu. Akal sehat akan mengarahkan kita dapat menerima agama yang hanif (lurus), yang mampu memberikan ketenangan lahir batin dan dapat melahirkan sifat pengedali (malu), serta membuahkan amal salih. Malu merupakan sifat yang dikembangkan oleh agama untuk mengendalikan perilaku manusia, yang dapat membedakan kita dengan hewan ataupun setan. Oleh karena itu, Ibnu Hajar al-Asqalani membagi malu menjadi dua, yakni haya’un nafsiyun dan haya’un imaniyun. Haya’un nafsiyun adalah rasa malu yang diberikan Allah pada setiap manusia, seperti rasa malu memperlihatkan auratnya dan sejenisnya. Sifat ini tidak diberikan pada hewan. Sementara haya’un imaniyun adalah

 أَنْ يَمْنَعَ المُؤْمِنُ مِنْ فِعْلِ الْمَعَاصِي خَوْفًا مِنَ اللهِ “

Ketika seorang mukmin mampu mencegah dirinya untuk berbuat maksiat karena takut kepada Allah subhanahu wata'ala.” Sifat ini hanya diberikan pada orang mukmin yang mampu menggunakan akalnya untuk memahami perintah dan larangan Allah. Karena itu, wajar jika Rasulullah pernah memberikan nasihat kepada sahabatnya dengan mengatakan:

 اَلْحَيَاءُ مِنَ الْاِيْمَانِ 

“Malu itu sebagian dari iman.” 

Malu untuk berbuat maksiat, malu meninggalkan perintah agama, malu tidak berbuat baik dan lain sebagainya. 

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah, 

Permata yang terakhir yang dimiliki manusia adalah amal shalih, yakni perbuatan yang patut dan baik menurut kaidah agama. Amal shalih adalah buah dari kemampuan kita memahami agama, menjalankan perintah agama, serta kemampuan kita mengendalikan sikap dalam kehidupan. Banyak orang mampu memahami agama atau mengerti ilmu agama, tetapi tidak mampu mengendalikan syahwat dan nafsunya, sehingga ia tidak memiliki rasa malu, maka ia hanya bisa melakukan sesuatu yang hanya berorientasi pada kebutuhannya yang kadang merugikan orang lain. Contoh sederhana yang dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari, betapa banyak orang pandai agama tetapi tidak mampu mengendalikan diri, sehingga ia bukan mengamalkan ilmu agama, namun hanya memperalat agama untuk kepentingan dirinya atau kelempoknya. Maka akibat yang timbul dari itu bukan amal shalih tetapi justru maksiat.

Hadirin  Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, 

Rasulullah dalam dalam hadits di atas juga mengingatkan pada kita akan bahaya yang mengancam empat permata manusia tersebut. Rasul mengatakan

: فَالْغَضَبُ يُزِيْلُ الْعَقْلَ وَالْحَسَدُ يُزِيْلُ الدِّيْنَ وَالطَّمَعُ يُزِيْلُ الْحَيَاءَ وَالْغِيْبَةُ يُزِيْلُ الْعَمَلَ الصَّالِحَ “

Ghadlah (marah-marah) dapat menghilangkan akal, iri dan dengki (hasud) dapat menghilangkan agama, serakah (thama’) dapat menghilangkan sifat malu, dan menggunjing (ghibah) dapat menghilangkan amal shalih. 

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah,

Demikianlah khutbah kita hari ini.

Semoga kita dapat mengoptimalkan permata yang ada dalam hidup kita untuk menjadi insan pilihan dan masuk dalam kategori muttaqin (orang yang memiliki ketakwaan).

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


PARA MUJADDID DI SETIAP MASA

 Nabi Saw bersabda, 

(إن الله يبعث لهذه الأمة على رأس كل مئة سنة من يجدد بها أمر دينها

"Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun seseorang yang memperbaharui agamanya".(HR. Abu Daud). 

Ketika bid'ah dan kemaksiatan merajalela, Allah akan mengutus para ulama di setiap abad yg akan mengembalikan ummat pada jalan agama yg benar, memberantas bid'ah dan paham-paham sesat, dan menegakkan kembali sunnah yg sudah tergerus dan pudar. Ini di antara keistimewaan ummat Nabi Muhammad Saw. 

Predikat mujaddid itu diketahui dari ijtihad para ulama, melihat dari sisi gerakan dakwah dan kebermanfaatan ilmunya dalam menghidupkan kembali agama Islam yg sudah jauh ditinggalkan dan diselewengkan. Pastinya, mereka adalah para alim ulama yg memiliki kedalaman ilmu dzhohir dan batin. 

Banyak ulama yg berpendapat bahwa mujaddid di setiap abad itu tidak mesti satu orang, berdalil dengan keumuman hadits di atas dengan lafadz (مَنْ) yg bisa bermakna satu atau lebih. Imam Ibnu Hajar di antara yg berpendapat demikian. 

Imam Suyuthi menulis satu kitab khusus yg berbicara tentang para mujaddid setiap abad dengan judul:

[التنبئة بمن يبعث الله على رأس كل مئة]

Berikut nama-namanya:

1.    Abad Pertama, Umar bin Abdul Aziz (w. 101 H) 

2.   Abad kedua, Muhammad bin Idris As-Syafi'i (w. 204 H) 

Kedua sosok ini hampir disepakati oleh semua ulama. Bahkan Imam Syafi'i diisyaratkan langsung oleh Nabi Saw. 

3.   Abad ke-3, Imam Ibnu Suraij (w. 306 H) atau Abul Hasan Al-Asy'ary (w. 324H). 

Karena ini adalah hasil ijtihad, maka kita banyak menemukan perbedaan dalam menentukan siapa yg mengisi kursi mujaddid di suatu abad. 

Di abad ke tiga ini, Imam Nawawi dan Imam Tajuddin As-Subki lebih memilih Imam Ibnu Suraij, sedangkan Imam Ibnu Asakir lebih merojihkan Imam Asy'ariy yg menempati mujaddid di abad ke-3. 

4.   Abad ke-4, Abu Hamid Al-Isfirayini (406 H) atau Imam Sahl bin Abi Sahl As-Sho'luqi atau Abu Bakar Al-Baqillany (w. 403 H). Imam Ibnu Asakir lebih memilih yg terakhir. 

5.   Abad ke-5, Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghozali (w. 505 H). Beliau juga termasuk mujaddid yg disepakati oleh para ulama. 

Imam Al-Hafidz Al-Iroqy dalam muqoddimah Takhrij Ahaditsil Ihya' menulis, 

"الغالب على الظن أن الغزالي هو المراد بمن يجدد لهذه الأمة دينها على رأس المائة الخامسة

"Dugaan terkuat menyatakan bahwa Imam Ghozali lah yg dimaksud mujaddid di abad ke-5" 

Dan Imam Ghazali mengaku sendiri dalam kitab beliau Al-Munqidz bahwa beliaulah yang diutus sebagai pembaharu agama di abad ke-5. 

6.   Abad ke-6, Imam Fakhruddin Ar-Razi (w. 606 H) atau Imam Rofi'iy (w. 623 H) 

7.   Abad ke-7, Imam Ibnu Daqiq Al-I'ed (w. 702 H). Beliau juga mujaddid yg disepakati. 

8.   Abad ke-8, Imam Sirojuddin Al-Bulqiniy (w. 805 H) atau Imam Iroqiy (w. 806 H). 

9.   Abad ke-9, Imam Suyuthi (w. 911 H). Imam Suyuthi menganggap diri beliaulah mujaddid di abad ini.

Imam Suyuthi membuat nadzam mengenai nama-nama mujaddid ini yg beliau beri nama,

[تحفة المهتدين بأسماء المجددين

Setelah menyebutkan sekian nama setiap abad, beliau melanjutkan,  

وهذه تاسعة المئين قد

أتت ولا يخلف ما الهادي وعد

وقد رجوت أنني المجدد

فيها ففضل الله ليس يجحد

Syeikh Abdul Hamid Syanuhah yg mentahqiq kitab Imam Suyuthi ini melanjutkan penyebutan mujaddid setiap abad berikutnya, menurut beliau; 

10.Abad ke-10, Imam Syamsuddin Ar-Romli (1004 H). 

11.       Abad ke-11, Ibrahim bin Hasan Al-Kurdi (w. 1101) 

12.       Abad ke-12, Sayyid Murtadho Az-Zabidi (w. 1205 H) 

Dan seterusnya sampai hari kiamat, Imam Suyuthi menyebutkan bahwa di akhir abad umur dunia ini, Nabi Isa yg menjadi mujaddid terakhir. 

Pemilihan para ulama terhadap beberapa orang ini tentu bukan asal-asalan, tapi ada kriteria yg harus dipenuhi, pastinya bukan ulama biasa.

Jika kita perhatikan, para mujaddid ini wafat di tahun-tahun awal suatu abad baru, misalnya Imam Syafi'i wafat tahun 204 H, awal dari abad ke-3, Ibnu Suraij tahun 306 H, awal dari abad ke-4, dst.

Para ulama menyimpulkan bahwa makna (رأس المائة) waktu "diutusnya" mujaddid dalam hadits tersebut adalah penghujung atau akhir abad. Jadi, Imam Syafi'i menjadi mujaddid di akhir abad ke-2, dst. 

Wallahu a'lam.

Ustad Amru Hamdany


Senin, 03 Juli 2023

KEJUJURAN BERBUAH BERKAH


Pada suatu malam menjelang dini hari, Umar bin Khattab beserta pengawalnya melakukan inspeksi ke pinggiran kota. Tanpa sengaja sang khalifah mendengar percakapan antara seorang ibu dengan anak gadisnya. Ibunya berkata,"Campur saja susunya dengan air agar kelihatan banyak." Lalu anak gadisnya menjawab, "Bagaimana saya harus melakukan sedang Amirul mukminin Umar bin Khattab telah mengeluarkan pernyataan melarang susu untuk dicampur dengan air?"

Selanjutnya ibunya berkata, "Khalifah Umar bin Khattab khan  tidak mengetahuinya." Lalu sang gadis menimpali ucapan ibunya,"Kalau Khalifah Umar bin Khattab tidak mengetahuinya, maka Allah pasti mengetahuinya."


Percakapan antara ibu dengan anak gadis tersebut sangat berkesan sekali di hati Umar bin Khattab. Keesokan hari, asal khalifah menurut pengawalnya menyelidiki kedua wanita tersebut. Setelah mengetahui sang gadis masih perawan, Umar bin Khattab memanggil putranya, 'Ashim dan menawarkan gadis itu untuk dinikahinya. Disuruhnya putranya untuk melihat langsung paras wajah gadis itu.


Umar berpesan"Pergilah wahai anakku. Lihatlah gadis itu, nikahilah dia, dan aku berharap dia akan melahirkan seorang pahlawan yang mampu memimpin bangsa Arab."


Pernikahan pun berlangsung. Dari pasangan inilah seorang perempuan, Ummu Ashim (Laila) binti 'Ashim, yang kemudian dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan selanjutnya melahirkan Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang kelima setelah Khulafaur Rasyidin dalam hal keadilannya. 


Tepat sekali apa yang diprediksi oleh Khalifah Umar bin Khattab Ra bahwa sifat amanah dan kejujuran menjadi penghubung antara Khalifah Umar bin Khattab dengan Umar bin Abdul Aziz dan membawa keberkahan.


Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kejujuran akan membawa sebuah keberkahan. Demikian juga bahwa bobot, bebet dan bibit akan mempengaruhi kualitas generasi yang meneruskan keturunan.


Semoga saja kisah ini menginspirasi bagi pembaca. Amin.