This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 08 Juli 2023

ALIM DAN SHALIH TIDAK MESTI BERKUMPUL DALAM SATU PRIBADI


Dalam zaman yang sudah sangat langka orang yang memahami Tahqiqotul U'lum Addaqiqoh seperti sekarang ini maka kita akan melihat banyak sekali kerancauan dalam pahaman-pahaman islam dari segala sudutnya akan tetapi dalam kesempatan ini saya akan sedikit membahas tentang kesalehan & kealiman.


Kesalehan jika di definisikan sebagai orang yang berakhlak baik & banyak beribadah maka orang tersebut belum pasti berilmu banyak dengan makna mungkin saja orang tersebut ilmunya sedikit sekali akan tetapi dia mengamalkan apa yang dia punya seperti sholat 5 waktu, Sholat Sunnah, Puasa sunnah, Sedekah dll akan tetapi jika disuruh baca al-Quran Makhorijul hurufnya amburadul apalagi diminta baca kitab gundul baru sampai mubtada' saja sudah di majrurkan : Zaidin Qoiman!!

Orang semacam ini mungkin akan mudah kita jumpai didalam masyarakat akan tetapi orang semacam ini tidak boleh ( berdosa) kita mintai fatwa dalam hukum-hakam yang berkaitan dalam agama bahkan jika dia menjawabnya diapun juga akan ikut berdosa sama seperti orang ini segala macam orang soleh ( Baik) dengan segala profesi & latar belakangnya .begitu pula orang semacam ini sangat mudah jatuh dalam amalan yang bid'ah atau berdosa ( Seperti sholat hajat setelah Sholat Ashar) karena minimnya pengetahuannya tentang agama.

Adapun orang A''alim adalah orang yang banyak ilmunya dalam bidang agama pada segala bidangnya mulai dari ilmu Alatnya sampai Maqosidnya. biasanya orang ini diketahui dari karangan kitabnya, lama mondoknya, gelar akademiknya, kegiatannya sehari-hari atau kesaksian para guru & kawan-kawannya ketika belajar, maka orang alim ini biasanya tidak mungkin tersembunyi terutama dalam zaman viral medsos semacam ini.

Selama disyaratkan dalam orang Alim itu hanya banyak ilmu agamanya  maka tidak perlu dia itu menjadi orang baik dengan makna bisa saja orang alim ini Fasiq seperti suka menipu,korupsi, bermain perempuan bahkan membenci islam sekalipun & didalam sejarah Islam ada orang-orang semacam ini bahkan pada zaman sekarang anda akan melihat orang-orang yang dinisbatkan pada ilmu melakukan hal-hal tersebut.

Hal ini menurut saya tidaklah aneh karena memang orang alim tidak mesti baik & makna inilah yang dikatakan oleh Syaikh Islam Zakariya al-Anshori dalam kitab beliau Lubbul Ushul dalam Bab ijtihad : ولا يعتبر علم الكلام وتفاريع الفقه والذكورة والأنوثة وكذا العدالة في الأصح yang artinya : tidak disyaratkan unutk menjadi mujtahid mutlaq seseorang tersebut mengetahui ilmu kalam, furu' fiqh, laki-laki atau perempuan & 'adalah!! yang artinya mujtahid ( orang alim) bisa menjadi seroang yang Fasiq.

Akan tetapi orang semacam ini tidak bisa diikuti fatwa-fatwa nya karena kefasikannya tersebut karena ada potensi dia bohong pada fatwa serta ijtihadnya atau fatwanya hanya berdasarkan perkara duniawi saja alias menjual fatwanya.

Selama kita tau bahwa orang soleh tidak mesti alim & orang alim tidak mesti pandai maka ada kelompok ke-3 yang paling sempurna yaitu orang alim & Soleh pula, orang semacam inilah inilah yang mesti kita ikuti sebagai sauri tauladan kita di dunia dalam perkaran agama tidak perduli latar belakang orang tersebut.

Maka jika orang soleh saja tidak mesti Alim apalagi orang yang viral & good looking mereka tidak semestinya adalah orang alim akan tetapi ironisnya pada zaman ini setiap ada orang pidato kemudian viral maka sudah dianggap bahwa orang tersebut alim bahkan hanya dengan menyanyi nyanyian Islami kemudian viral sudah dimintai Fatwa dalam masalah yang lebih ironisnya lagi orang tersebut menjawabnya kemudian jawabannya dibuat perbandingan dengan jawaban ulama-ulama yang kompeten dalam bidangnya seperti yang sudah lama bekerja dalam institusi-institusi fatwa di Negara mereka masing-masing!!!

Hal-Hal semacam ini mesti kita pegang jika kita ingin selamat di dunia serta diakhirat karena saya sering melihat orang-orang salah kaprah dalam membedakan antara orang-orang tersebut.maka orang Baik ( Soleh) tidak mesti Alim & orang Alim tidak mesti Soleh akan tetapi orang Alim nan Soleh lah yang mesti dijadikan panutan didalam islam tanpa melihat background keluarga, tampilan, kekayaan & kedudukan sosial.

Wallahu A'lam
Oleh: Habib Ali Baqir al-Saqqaf 

BENARKAH HAWA TERCIPTA DARI RUSUK ADAM?



Apakah Benar Siti Hawa Diciptakan Dari Tulang Rusuk Nabi Adam?

Kemarin saya membeli buku (al-Israiliat wa al-Marjuh fi Tafsir al-Jalalain) yang sangat bagus tentang Israiliyyat. Buku ini ditulis oleh seorang Dosen Universitas Islam di Bangladesh, Dr. Muhammad Abdul Qadir Ma'shum. Di sana, beliau mengumpulkan riwayat-riwayat Israiliyyat dan penafsiran pada Tafsir Jalalain yang dinilai lemah, lalu memberikan komentar serta penafsiran yang kuat untuk mengganti posisi penafsiran tersebut.

Secara umum buku ini sangat bagus bagi pengkaji tafsir, khususnya bagi yang suka membaca Tafsir Jalalain. Karena selain penulis memberikan tafsiran yang kuat sebagai pengganti riwayat tafsiran yg lemah, referensi yang digunakan banyak dikutip dari buku-buku dari India ataupun Bangladesh yang berbahasa Urdu yang sudah diterjemahkan ke Arab.

Di antara catatan penulis terhadap Tafsir Jalalain, saat Imam Suyuthi menuliskan tafsir ayat 248 surat al-Baqarah, kalimat “al-Tabut” beliau tafsirkan dengan kotak yang berisi gambar-gambar para nabi. Pendapat ini dikomentari oleh banyak ahli tafsir, di antaranya Imam al-Alusi dalam Ruh al-Ma'ani, bahwa tidak ada satupun hadits shahih yang menyebutkan penafsiran tersebut.

Riwayat yang ada, sebagaimana riwayat Qatadah, 'Ikrimah, dan al-Rabi bin Anas, al-Tabut adalah kotak yang berisi tongkat Musa dan potongan-potongan papan (lauh) Taurat yang berisi wahyu.

Juga pada saat Imam al-Mahalli menuliskan tafsir ayat 33 surat al-Zukhruf, kalimat “Ja'alna-hu Qur'anan”, beliau tafsirkan dengan “Awjadna al-Kitab”, yang diartikan dengan “kami adakan kitab tersebut”.

Dr. Muhammad Abdul Qadir menilai jika Imam al-Mahalli seolah sedikit terpengaruh dengan penafsiran al-Zamakhsyari yang menafsirkan “Ja'alna-hu” dengan tafsir “khalaqnahu”, yang mengarah kepada keyakinan Zamakhsyari sebagai seorang Mu'tazilah bahwa al-Quran adalah makhluk. Penulis buku melihat bahwa tafsiran yang tepat adalah apa yang ditafsirkan oleh al-Thabari dan Ibnu Katsir dengan tafsiran “Anzalnahu”, dan inilah tafsiran yang masyhur dikalangan ahli tafsir.
•••

Ada pembahasan unik dalam buku ini, saat penulis mengomentari Tafsiran Imam Suyuthi pada ayat pertama surat al-Nisa: (وخلق منها زوجها), di mana beliau menafsirkan maksudnya adalah Siti Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Nabi Adam.

Pertama, penafsiran imam suyuthi bukanlah hal yang baru. Pendapat ini banyak diambil oleh para ahli tafsir semisal al-Thabari, Ibnu Katsir, al-Razi, al-Baghawi, al-Alusi, dan para ahli tafsir lain.

Namun pendapat ini akan menjadi kontroversial jika dihadapkan oleh para orientalis yang tidak senang dengan islam. Mereka akan mempertanyakan tafsir tersebut, bagaimana mungkin perempuan diciptakan dari laki-laki?

Disisi lain, terjadi perdebatan dengan penafsiran tersebut, karena Al-Quran menjelaskan penciptaan manusia, tapi tidak menyebutkan penciptaan Hawa secara khusus. Tidak juga ada hadits yang menjelaskan bagaimana Hawa tercipta.

Oleh karena itu beberapa ahli tafsir mutaakhirin menganggap penafsiran awal tidak kuat. Mereka lebih memilih penafsiran Rabi' bin Anas dan Ja'far al-Shadiq yang mana keduanya adalah pembesar al-Tabi'in yang mengatakan bahwa Hawa tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam, tapi dari tanah yang digunakan untuk menciptakan Adam.

Dalil mereka, jika seandainya Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam, seolah Adam menikahi dirinya sendiri. Padahal bisa saja Allah menciptakan Hawa dari tanah sebagaimana Ia menciptakan Adam.

Pendapat kedua ini dikuatkan oleh tafsiran Syekh Al-Sya'rawi. Beliau mengatakan, jika seandainya siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, maka al-Quran akan menggunakan kalimat: (جعل منها زوجها) dan tidak menggunakan “khalaqa”, sebab al-ja'l maknanya mengambil dari materi yang sudah siap, dan kemudian dibentuk sesuai dengan keinginan. Sedangkan kalimat “khalaqa” maknanya adalah ciptaan baru yang tersendiri, tidak diambil dari bahan ciptaan yang sudah jadi. Maka tafsiran Syekh Sya'rawi terhadap kalimat tersebut: “Allah menciptakan Hawa sama dengan jenis penciptaan Adam”, maksudnya sama-sama manusia.

Dalil penguat berikutnya disampaikan oleh Syekh Abdul Majid al-Daryabai dalam Tafsir beliau yang berbahasa Urdu, di sana beliau mengatakan bahwa Al-Quran tidak menerangkan penciptaan Hawa, dan tidak juga bagaiamana ia diciptakan. Adapun Hadits yang mengatakan:

إن المرأة خلقت من ضلع

“Sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk”

Tidak ada yang berterus terang jika yang dimaksud adalah siti Hawa. Bahkan dalam riwayat yang ada pada al-Bukhari mengatakan: “Perempuan seperti tulang rusuk”, maka bisa difahami bahwa hadits yang pertama bukan ingin menjelaskan asal muasal penciptaan, tapi sekedar tasybih bahwa antara perempuan dan tulang rusuk memiliki kesamaan. Titik samanya ada pada lanjutan hadits: “jika kamu memaksanya untuk lurus, maka ia akan patah, dan jika kamu berbuat baik dengannya, maka kamu akan merasa nyaman”.

Hadits-hadits tersebut tidak bisa dibawa kepada kisah Siti Hawa secara khusus, karena kalimat perempuan di sana menunjukkan keumuman. Dan tidak bisa dibawa bahwa semua perempuan diciptakan dari tulang rusuk calon suaminya, karena tidak ada dalil yang menjelaskan.

Pada ayat tersebut juga sedang berbicara tentang Allah yang memuliakan laki-laki dan perempuan dengan posisi yang sama, tanpa perbedaan. Oleh karenanya, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan asal yang sama. Dengan sifat kemanusiaan yang sama. Terdiri dari jasad dan ruh, yang diisi dengan indra perasa yang sama.

Maka penafsiran bahwa Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk adam sepertinya tidak cocok karena condong membedakan asal muasal penciptaan dan seolah ada perbedaan yang jauh, padahal ayat itu sedang menjelaskan kesetaraan derajat. Wa Allahu 'alam.

Oleh : Kang Ibnu (telegram).

Kamis, 06 Juli 2023

AL-KASB MENURUT AHLUS SUNNAH


Masalah Kasb ini termasuk masalah yang paling susah untuk dipahami dalam  persoalan Ilmu kalam, sampai dikatakan masalah ini rada-rada aneh. Akan tetapi menurut saya sebenarnya masalah kasb ini tidak susah-susah amat,  cuma memang untuk memahaminya perlu beberapa muqoddimat ( premis) yang mesti kita fahami diantaranya:

  1. Bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah ( الله خالق كل شيء) yang mana masuk dalam segala sesuatu ini adalah perbuatan manusia itu sendiri.

  2. Allah mengetahui segala sesuatu yang masuk didalamnya adalah perbuatan manusia itu sendiri dimasa depan.. Dengan arti, sejak azali Allah sudah mengetahui apa yang akan diperbuat oleh Zaidun & semua manusia akan tetapi Allah tidak memaksa manusia melakukannya. Karena tidak ada "Talazum" antara mengetahui & memaksa manusia melakukan apa yang Allah ketahui karena Ta'aaluq ilmu Allah itu al-Inkisyaf bukan al-Ijad. Sebab kita lihat Zaidun yang ahli ma'siat atau Ta'at melakukan maksiatnya & keta'aatannya dengan senang hati tidak secara terpaksa seperti getaran tangannya ketika ketakutan atau kedinginan.

  3. Manusia diperintahkan oleh Allah sesuatu yang hanya masuk dalam kemapuannya saja dengan dalil لا يكلف الله نفسا إلا وسعها maka manusia tidak disuruh untuk menciptakan perbuatannya.


Ini adalah beberapa muqoddimah penting untuk memahami makna "Kasb" yang artinya  adalah "Keinginan manusia untuk berbuat sesuatu yang spesifik dalam keadaan dia mampu melakukannya secara a'dat ( سلامة الآلات والأسباب)". Ketika manusia menginginkan sebuah perbuatan dalam level tertentu maka Allah akan menciptakan kemampuan kepada diri manusia agar dia bisa melakukannya & merealisasikan apa yang dia inginkan dalam dunia nyata tidak hanya sebatas ada dibenaknya saja.


Maka ada semacam "kebersamaan" ( المقارنة) antara apa yang mampu dilakukan oleh manusia yaitu " menginginkan" sebuah perbuatan dengan Kuasa Allah yaitu "memberikan'' kekuatan untuk merealisasikannya di dunia nyata. Sekiranya ketika manusia ingin melakukan sesuatu saat itu juga Allah memberinya kekutan. Disinilah makna perkataan al-Imam al-Ghazali bahwa Kasb itu adalah sabab 'adi  bagi manusia,  agar Allah menciptakan kemampuan untuk melakukan apa yang manusia inginkan.


Dari sinilah kita tidak boleh menyalahkan Allah atas maksiat yang kita perbuat pada saat didunia karena kita yang menginginkannya & Allah hanya memberikan kekuatan kepada anda untuk merealisasikan apa yang anda inginkan. Begitupula kita tidak boleh sombong dengan ibadah kita karena kekuatan yang kita gunakan untuk ibadah semuanya diberikan oleh Allah.  Iniilah makna dari zikir لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم.


Akan tetapi dalam beberapa kasus, Allah akan mempermudah orang untuk berbuat ta'at sekiranya semua kondisi dipermudah baginya maka ini adalah ni'mat dari Allah yang kita namakan taufiq.   Dalam kasus lain,  Allah akan mempermudah orang berbuat maksiat sekiranya semua sebab agar dia menginginkan maksiat dipermudah oleh Allah. Dan ini adalah sebuah ujian/azab yang dikenal dengan nama khuzlan.  Cuma ini hanya terjadi untuk sebagian kecil orang saja yang mana menurut pemahaman saya rata-rata orang akan diberi kesempatan untuk bermaksiat & ta'at dengan kadar yang sama. Kemudian pada hari kiamat mereka semua akan diminta pertanggung jawaban terhadap pilihan mereka.


Inilah makna Kasb menurut al-Imam al-Asy'ary yang beliau ambil dari lafaz Qurani yaitu لها ما كسبت وعليها مااكتسبت.  Akan tetapi al-Imam al-Maturidi memberi nama yang lebih spesifik yaitu al-Iradah Juz'iyah.  Karena masalah ini rumit sekali dalam ta'sil-nya &  mempunyai implikasi yang sangat mendalam ( sudah saya jelaskan didalam daurah Nazom Jauharoh). Maka banyak yang gagal paham,  seperti :

  1. Jabariyah yang mengatakan semua perbuatan manusia diciptakan oleh Allah maka manusia seperti bulu yang tertiup angin, diombang-ambingkan menurut angin ( padahal bulu tidak punya keinginan tidak seperti manusia).

  2. Qodariyah : yang menafikan ilmu Allah terhadap hal-hal yang akan terjadi dimasa depan لا قدر والأمر أنف. Kelompok ini sudah punah sejak zaman al-Imam as-Syafi'i.

  3. al-Mu'tazilah yang mengatakan segala sesuatu diciptakan oleh Allah kecuali perbuatan manusia الإنسان خالق لأفعال نفسه.


Jika anda perhatikan semua dari ketiga kelompok ini mempunyai masalah bahwa ada talazum antara Allah mengetahui segala sesuatu & manusia terpaksa melakukan apa yang Allah ketahui.

Wallahu a'lam.Kapan-kapan akan saya teruskan lagi.Stay tune. 


Oleh : Habib Ali Baqir al-Saqqaf.





Rabu, 05 Juli 2023

4 Permata dalam Diri Manusia dan yang Membinasakannya


 اَلْحَمْدُ ِللهِ الًّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ وَالّذِيْ هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لآاِلهَ إِلّاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُوْصِلُنَا إِلَى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظَرِ لِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وأَشْهَدُ أَنْ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِىُ الرَّؤُفُ الرَّحِيْمُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ 

Kaum muslimin jamaah jumat yang berbahagia

Pertama tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadiarat Allah swt dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil alamin, dimana pada hari  yang mulia ditempat yang dimuliakan oleh Allah ini kita dapat melaksشnakan semua rangkaian ibadah jumat, semoga semua amal ibadah kita diterima oleh Allah swt dan  marilah kita bershalawat kepada Rasulullah dengan mengucapkan :

  اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

Semoga di yaumil akhir kita mendapatkan syafaatnya, amiin ya robbal alaminnn

Selanjutnya selaku khatib Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada kita semua yang hadir marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar benar ketaqwaan dalam arti kata 

 امتثال أوامر الله واجتناب نواهيه

Melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala

Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah, 

Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk terbaik. Ia diciptakan dengan bentuk fisik yang indah, juga diberi perangkat lunak yang sempurna, seperti akal pikiran, rasa, dan karsa (kehendak). Manusia berbeda dari makhluk Allah lainnya. Malaikat diciptakan hanya memiliki akal tanpa diberi syahwat dan nafsu. Hewan dibekali syahwat sehingga hidupnya hanya mengikuti keinginan kebutuhan badannya; makan, minum, berhubungan badan dan segala keinginan yang bersifat jasmaniah. Sementara. Manusia, sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tiin ayat 4 diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya: 

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ “

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Manusia diciptakan dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat, hewan dan setan, yakni berupa akal pikiran, syahwat, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, kehidupan umat manusia lebih dinamis, karena manusia berjuang dalam tarikan antara ketiganya. Manusia bisa menjadi seperti malaikat hanya tunduk patuh pada Allah, bisa seperti hewan hanya mementingkan keinginan jasmaninya, ataupun bisa seperti setan hanya ingin menjerumuskan manusia ke dalam api neraka. Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, manusia dikaruniai empat hal sebagai permata dirinya. Empat permata ini disebutkan Rasulullah dalam hadistnya, sebagaimana dikutip oleh Ihya’ Ulumiddin.

 قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَةُ جَوَهِرَ فِيْ جِسْمِ بَنِيْ اَدَمَ يُزَلُهَا اَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ اَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ وَالدِّيْنُ وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الْصَّالِحُ 

Rasulullah SAW bersabda, “Ada empat permata dalam tubuh manusia yang dapat hilang karena empat hal. Empat permata tersebut adalah akal, agama, sifat malu, dan amal salih”. 

Pertama Akal dan  dan malu, akal adalah alat untuk memahami agama. Agama adalah rambu-rambu atau aturan yang memberikan arah pada manusia, sehingga orang-orang tidak sempurna akalnya seperti anak anak yang belum baligh, atau rusak akalnya seperti orang gila, maka orang tersebut tidak di bebani hukum dan kewajiban menjalankan ajaran agama, kemudian sifat malu adalah pengendali, dan amal salih adalah buah dari akal memahami agama dengan pengendali berupa sifat malu tadi. Akal menjadi pemimpin dalam tubuh manusia untuk memahami mana yang hak dan batil, mana yang patut ataupun tidak, mana yang harus dikerjakan ataupun ditinggalkan. Ibnu Hajar al-Asyqalani dalam kitabnya Nashaihul Ibad mendefinisikan akal sebagai

 جَوْهَرٌ رُوْحَانِيٌّ خَلَقَهُ اللهُ تَعَالَى مُتَعَلَّقًا بِبَدْنِ الاِنْسَانِ يُعْرَفُ بِهِ الْحَقُّ وَالْبَاطِلُ “

Permata ruhani ciptaan Allah yang berada dalam jasad manusia untuk mengetahui sesuatu yang hak dan batil.”

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah, 

Permata kedua yang dikaruniakan Allah kepada manusia adalah agama. Agama adalah aturan atau norma yang mengarahkan akal manusia untuk menerima hal-hal yang baik, layak dan pantas. Agama menjadi pedoman bagaimana manusia menjalani kehidupannya; bagaimana mengendalikan syahwat dan nafsu. Akal sehat akan mengarahkan kita dapat menerima agama yang hanif (lurus), yang mampu memberikan ketenangan lahir batin dan dapat melahirkan sifat pengedali (malu), serta membuahkan amal salih. Malu merupakan sifat yang dikembangkan oleh agama untuk mengendalikan perilaku manusia, yang dapat membedakan kita dengan hewan ataupun setan. Oleh karena itu, Ibnu Hajar al-Asqalani membagi malu menjadi dua, yakni haya’un nafsiyun dan haya’un imaniyun. Haya’un nafsiyun adalah rasa malu yang diberikan Allah pada setiap manusia, seperti rasa malu memperlihatkan auratnya dan sejenisnya. Sifat ini tidak diberikan pada hewan. Sementara haya’un imaniyun adalah

 أَنْ يَمْنَعَ المُؤْمِنُ مِنْ فِعْلِ الْمَعَاصِي خَوْفًا مِنَ اللهِ “

Ketika seorang mukmin mampu mencegah dirinya untuk berbuat maksiat karena takut kepada Allah subhanahu wata'ala.” Sifat ini hanya diberikan pada orang mukmin yang mampu menggunakan akalnya untuk memahami perintah dan larangan Allah. Karena itu, wajar jika Rasulullah pernah memberikan nasihat kepada sahabatnya dengan mengatakan:

 اَلْحَيَاءُ مِنَ الْاِيْمَانِ 

“Malu itu sebagian dari iman.” 

Malu untuk berbuat maksiat, malu meninggalkan perintah agama, malu tidak berbuat baik dan lain sebagainya. 

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah, 

Permata yang terakhir yang dimiliki manusia adalah amal shalih, yakni perbuatan yang patut dan baik menurut kaidah agama. Amal shalih adalah buah dari kemampuan kita memahami agama, menjalankan perintah agama, serta kemampuan kita mengendalikan sikap dalam kehidupan. Banyak orang mampu memahami agama atau mengerti ilmu agama, tetapi tidak mampu mengendalikan syahwat dan nafsunya, sehingga ia tidak memiliki rasa malu, maka ia hanya bisa melakukan sesuatu yang hanya berorientasi pada kebutuhannya yang kadang merugikan orang lain. Contoh sederhana yang dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari, betapa banyak orang pandai agama tetapi tidak mampu mengendalikan diri, sehingga ia bukan mengamalkan ilmu agama, namun hanya memperalat agama untuk kepentingan dirinya atau kelempoknya. Maka akibat yang timbul dari itu bukan amal shalih tetapi justru maksiat.

Hadirin  Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, 

Rasulullah dalam dalam hadits di atas juga mengingatkan pada kita akan bahaya yang mengancam empat permata manusia tersebut. Rasul mengatakan

: فَالْغَضَبُ يُزِيْلُ الْعَقْلَ وَالْحَسَدُ يُزِيْلُ الدِّيْنَ وَالطَّمَعُ يُزِيْلُ الْحَيَاءَ وَالْغِيْبَةُ يُزِيْلُ الْعَمَلَ الصَّالِحَ “

Ghadlah (marah-marah) dapat menghilangkan akal, iri dan dengki (hasud) dapat menghilangkan agama, serakah (thama’) dapat menghilangkan sifat malu, dan menggunjing (ghibah) dapat menghilangkan amal shalih. 

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah,

Demikianlah khutbah kita hari ini.

Semoga kita dapat mengoptimalkan permata yang ada dalam hidup kita untuk menjadi insan pilihan dan masuk dalam kategori muttaqin (orang yang memiliki ketakwaan).

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


PARA MUJADDID DI SETIAP MASA

 Nabi Saw bersabda, 

(إن الله يبعث لهذه الأمة على رأس كل مئة سنة من يجدد بها أمر دينها

"Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun seseorang yang memperbaharui agamanya".(HR. Abu Daud). 

Ketika bid'ah dan kemaksiatan merajalela, Allah akan mengutus para ulama di setiap abad yg akan mengembalikan ummat pada jalan agama yg benar, memberantas bid'ah dan paham-paham sesat, dan menegakkan kembali sunnah yg sudah tergerus dan pudar. Ini di antara keistimewaan ummat Nabi Muhammad Saw. 

Predikat mujaddid itu diketahui dari ijtihad para ulama, melihat dari sisi gerakan dakwah dan kebermanfaatan ilmunya dalam menghidupkan kembali agama Islam yg sudah jauh ditinggalkan dan diselewengkan. Pastinya, mereka adalah para alim ulama yg memiliki kedalaman ilmu dzhohir dan batin. 

Banyak ulama yg berpendapat bahwa mujaddid di setiap abad itu tidak mesti satu orang, berdalil dengan keumuman hadits di atas dengan lafadz (مَنْ) yg bisa bermakna satu atau lebih. Imam Ibnu Hajar di antara yg berpendapat demikian. 

Imam Suyuthi menulis satu kitab khusus yg berbicara tentang para mujaddid setiap abad dengan judul:

[التنبئة بمن يبعث الله على رأس كل مئة]

Berikut nama-namanya:

1.    Abad Pertama, Umar bin Abdul Aziz (w. 101 H) 

2.   Abad kedua, Muhammad bin Idris As-Syafi'i (w. 204 H) 

Kedua sosok ini hampir disepakati oleh semua ulama. Bahkan Imam Syafi'i diisyaratkan langsung oleh Nabi Saw. 

3.   Abad ke-3, Imam Ibnu Suraij (w. 306 H) atau Abul Hasan Al-Asy'ary (w. 324H). 

Karena ini adalah hasil ijtihad, maka kita banyak menemukan perbedaan dalam menentukan siapa yg mengisi kursi mujaddid di suatu abad. 

Di abad ke tiga ini, Imam Nawawi dan Imam Tajuddin As-Subki lebih memilih Imam Ibnu Suraij, sedangkan Imam Ibnu Asakir lebih merojihkan Imam Asy'ariy yg menempati mujaddid di abad ke-3. 

4.   Abad ke-4, Abu Hamid Al-Isfirayini (406 H) atau Imam Sahl bin Abi Sahl As-Sho'luqi atau Abu Bakar Al-Baqillany (w. 403 H). Imam Ibnu Asakir lebih memilih yg terakhir. 

5.   Abad ke-5, Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghozali (w. 505 H). Beliau juga termasuk mujaddid yg disepakati oleh para ulama. 

Imam Al-Hafidz Al-Iroqy dalam muqoddimah Takhrij Ahaditsil Ihya' menulis, 

"الغالب على الظن أن الغزالي هو المراد بمن يجدد لهذه الأمة دينها على رأس المائة الخامسة

"Dugaan terkuat menyatakan bahwa Imam Ghozali lah yg dimaksud mujaddid di abad ke-5" 

Dan Imam Ghazali mengaku sendiri dalam kitab beliau Al-Munqidz bahwa beliaulah yang diutus sebagai pembaharu agama di abad ke-5. 

6.   Abad ke-6, Imam Fakhruddin Ar-Razi (w. 606 H) atau Imam Rofi'iy (w. 623 H) 

7.   Abad ke-7, Imam Ibnu Daqiq Al-I'ed (w. 702 H). Beliau juga mujaddid yg disepakati. 

8.   Abad ke-8, Imam Sirojuddin Al-Bulqiniy (w. 805 H) atau Imam Iroqiy (w. 806 H). 

9.   Abad ke-9, Imam Suyuthi (w. 911 H). Imam Suyuthi menganggap diri beliaulah mujaddid di abad ini.

Imam Suyuthi membuat nadzam mengenai nama-nama mujaddid ini yg beliau beri nama,

[تحفة المهتدين بأسماء المجددين

Setelah menyebutkan sekian nama setiap abad, beliau melanjutkan,  

وهذه تاسعة المئين قد

أتت ولا يخلف ما الهادي وعد

وقد رجوت أنني المجدد

فيها ففضل الله ليس يجحد

Syeikh Abdul Hamid Syanuhah yg mentahqiq kitab Imam Suyuthi ini melanjutkan penyebutan mujaddid setiap abad berikutnya, menurut beliau; 

10.Abad ke-10, Imam Syamsuddin Ar-Romli (1004 H). 

11.       Abad ke-11, Ibrahim bin Hasan Al-Kurdi (w. 1101) 

12.       Abad ke-12, Sayyid Murtadho Az-Zabidi (w. 1205 H) 

Dan seterusnya sampai hari kiamat, Imam Suyuthi menyebutkan bahwa di akhir abad umur dunia ini, Nabi Isa yg menjadi mujaddid terakhir. 

Pemilihan para ulama terhadap beberapa orang ini tentu bukan asal-asalan, tapi ada kriteria yg harus dipenuhi, pastinya bukan ulama biasa.

Jika kita perhatikan, para mujaddid ini wafat di tahun-tahun awal suatu abad baru, misalnya Imam Syafi'i wafat tahun 204 H, awal dari abad ke-3, Ibnu Suraij tahun 306 H, awal dari abad ke-4, dst.

Para ulama menyimpulkan bahwa makna (رأس المائة) waktu "diutusnya" mujaddid dalam hadits tersebut adalah penghujung atau akhir abad. Jadi, Imam Syafi'i menjadi mujaddid di akhir abad ke-2, dst. 

Wallahu a'lam.

Ustad Amru Hamdany


Senin, 03 Juli 2023

KEJUJURAN BERBUAH BERKAH


Pada suatu malam menjelang dini hari, Umar bin Khattab beserta pengawalnya melakukan inspeksi ke pinggiran kota. Tanpa sengaja sang khalifah mendengar percakapan antara seorang ibu dengan anak gadisnya. Ibunya berkata,"Campur saja susunya dengan air agar kelihatan banyak." Lalu anak gadisnya menjawab, "Bagaimana saya harus melakukan sedang Amirul mukminin Umar bin Khattab telah mengeluarkan pernyataan melarang susu untuk dicampur dengan air?"

Selanjutnya ibunya berkata, "Khalifah Umar bin Khattab khan  tidak mengetahuinya." Lalu sang gadis menimpali ucapan ibunya,"Kalau Khalifah Umar bin Khattab tidak mengetahuinya, maka Allah pasti mengetahuinya."


Percakapan antara ibu dengan anak gadis tersebut sangat berkesan sekali di hati Umar bin Khattab. Keesokan hari, asal khalifah menurut pengawalnya menyelidiki kedua wanita tersebut. Setelah mengetahui sang gadis masih perawan, Umar bin Khattab memanggil putranya, 'Ashim dan menawarkan gadis itu untuk dinikahinya. Disuruhnya putranya untuk melihat langsung paras wajah gadis itu.


Umar berpesan"Pergilah wahai anakku. Lihatlah gadis itu, nikahilah dia, dan aku berharap dia akan melahirkan seorang pahlawan yang mampu memimpin bangsa Arab."


Pernikahan pun berlangsung. Dari pasangan inilah seorang perempuan, Ummu Ashim (Laila) binti 'Ashim, yang kemudian dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan selanjutnya melahirkan Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang kelima setelah Khulafaur Rasyidin dalam hal keadilannya. 


Tepat sekali apa yang diprediksi oleh Khalifah Umar bin Khattab Ra bahwa sifat amanah dan kejujuran menjadi penghubung antara Khalifah Umar bin Khattab dengan Umar bin Abdul Aziz dan membawa keberkahan.


Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kejujuran akan membawa sebuah keberkahan. Demikian juga bahwa bobot, bebet dan bibit akan mempengaruhi kualitas generasi yang meneruskan keturunan.


Semoga saja kisah ini menginspirasi bagi pembaca. Amin.

Minggu, 02 Juli 2023

Mukjizat adalah tanda keNabian & bukan Tanda keTuhanan



Mukjizat adalah tanda keNabian & bukan Tanda keTuhanan


Mukjizat adalah sebuah perkara yang luar biasa yang nampak dari pada para Nabi sebagai pembenar bahwa mereka semua adalah utusan Allah Ta'ala dalam menyampaikan Syari'atnya seperti Membelah lautan, Merubah tongkat menjadi ular, menghidupkan orang mati & kehebatan bahasa dalam al-Quran.

Para Ulama mengatakan bahwa Mukjizat itu sama dengan Allah mengatakan : صدق عبدي فيما يقول عني  yang artinya abahwa apa yang dikatakan hambaku ini ( Nabi) adalah benar.dari sini para ulama mengatakan bahwa mukjizat itu hanya dikhususkan untuk membenarkan klaim kenabian bukan klaim ketuhanan dengan makna jika ada seorang manusia seperti Dajjal contohnya mengaku sebagai Tuhan kemudian dia mengatakan bahwa dalil ketuhananku adalah perkara yang luar biasa ini kemudian dia mendatangkan hujan dll seperti apa yang dilakukan para Nabi.

Klaim Dajjal sebagai Tuhan disini tidak akan terlegitimasi dengan benar karena dalil ketuhanan bukan dengan Mukjizat akan tetapi dengan Dalil Aqli bahwa yang mengaku tuhan mestilah suci dari pada Awaridhil Hudust ( Tanda-tanda kebaruan) sedangkan Dajjal dari ujung rambut sampai ujung kaki mempunyai A'waridhil hudust dari punya ukuran, arah, bentuk, waktu sampai buta sebelah.

Seorang yang bermazhabkan Ahli Sunnah & paham akan Dalil ketuhanan tidak akan tertipu oleh klaim-klaim Dajjal yang mengatasnamakan tuhan karena Ahli Sunnah menafikan ukuran, arah, bentuk & waktu bagi Allah kemudian perkara luar biasa tidak bisa dijadikan pembenar bagi ketuhanan seseorang yang mempunyai A'waridul hudus berbeda dengan orang yang menyakini Allah itu Jism seperti Mujassimah yang mana Lawazim Jismiyah seperti tempat & ukuran tidak bertentangan dengan konsep ketuhanan menurut mereka.

Dajjal pun tidak punya pilihan selain mengaku orang soleh, wali atau tuhan karena hanya itu yang mungkin untuk menguji manusia karena konsep dari ujian adalah bisa lulus & bisa tidak lulus karena jika dia mengaku wali atau orang soleh dengan perkara yang luar biasa maka orang 'alim yang paham akan mencocokan perbuatannya dengan Syari'at selama tidak sesuai ya dia bukan wali atau orang soleh ataupun dia mengaku tuhan maka kedustaannya diketahui dari A'waridhil khudusnya & orang yg tidak pandai atau mengikuti hawa nafsunya tidak akan lulus.

Tidak mungkin Dajjal mengaku Nabi karena Allah tidak mungkin memberikan mukjizat ( perkara yang luar biasa) kepada orang yang mengklaim dirinya Nabi tapi bukan Nabi karena ujian semacam ini tidak akan bisa dilalui oleh para orang-orang yang beriman & karena sebab yang lain disebutkan didalam kitab-kitab yang tinggi didalam ilmu kalam.

Dulu ketika saya belajar Syarah Nasafiyah dengan Syeh Saeed Foda saya  mendengar Syeh Saeed menjelaskan perkara ini secara global bahwa keTuhanan dibuktikan melewati dalil Aqli bukan mukjizat & Dajjal mengaku tuhan bukan Nabi.

Makna ini jelas benarnya akan tetapi saya tidak menemukan dimana nashnya sampai kemarin ketika saya sedang muroja'ah masalah istirsali ilmillah dalam kitab Aqidah Nizhomiyah karangan al-Imam al-Haromain saya menemukan nash masalah yang di taqrir oleh Syeh Saeed ketika saya belajar dengan beliau.

Beginilah ulama al-Haqiqi setiap perkataannya pasti ada sandarannya dari nash kitab atau Qowai'd Ushuliyah yang nanti suatu saat anda akan melihat sebagian ulama mengatakan bahwa yang dikatakan oleh ulama tersebut itu benar.karena setiap hal yang manhajnya sama biasanya Natijahnya akan sama juga
العلم رحم بين أهله.

Tulisan : Habib Ali Baqir as- Saqqaf

TAUBATNYA SEORANG ABID



Al-Qass seorang Abid (ahli ibadah) yang masyhur di kota Mekah. Pada suatu hari ia bertemu Sallamah, gadis pinangan orang Quraisy. Lalu Al-Qass mendengar nyanyiannya dan berhenti untuk mendengarkan. Pada saat itu majikan si gadis melihat Al-Qass dan berkata,  "Maukah anda masuk untuk mendengarkannya." Al-Qass pura-pura tidak mau sampai gadis itu mengizinkannya. "Tempatkan saya di tempat sepi agar saya tidak dapat melihat dia dan dia tidak dapat melihatku," ujarnya kepada majikan si gadis. Kemudian Al-Qass masuk dan gadis itu pun menyanyi. Lalu majikannya menawarkan kepada Al-Qass untuk berkenalan dengannya, tapi Al-Qass menolak.


Suatu hari gadis itu berkata kepada Al-Qass, "Sungguh aku mencintaimu." Al-Qass menjawab, "aku juga mencintaimu." Gadis itu berkata, "aku ingin mengecup bibirmu." Al-Qass berkata, "aku juga." Gadis itu berkata,"aku ingin menempelkan dadaku ke dadamu." Al-Qass menjawab, "aku juga." Gadis itu berkata, "lalu kenapa Anda tidak melakukannya? Sungguh tempat ini benar-benar sepi." Al-Qass menjawab, "saya mendengar Allah berfirman: "teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian lain, kecuali orang-orang yang bertakwa" az-Zukhruf : 67. "Saya tidak ingin kasih sayang antara Aku dan kamu berubah menjadi permusuhan di hari kiamat."


Lalu gadis itu menukas, "wahai Al-Qass! Apakah Tuhanku dan Tuhanmu tidak menerima kita kalau kita bertobat?" Al-Qass menjawab, "Ya! Tapi saya tidak aman dari kematian yang datang tiba-tiba." Kemudian Al-Qass berdiri dan mengeluarkan air mata. Setelah itu ia bertekad tidak mau ke tempat itu lagi dan beribadah seperti sedia kala. 


Oleh : Habib Ziadi

Sumber: Sabili, edisi 21 TH XV, 1 MEI 2008.

MUJAHID BIN JABR : MUFASSIR MUMPUNI



Bagi yang berkecimpung  dalam disiplin tafsir dan ilmu tafsir, Mujahid adalah merupakan seorang figur yang tidak asing lagi. Karena mulai dari para mufassir klasik sampai dengan kontemporer, Mujahid selalu menjadi rujukan. Imam Syafi’i , Bukhari dan banyak ulama lainnya yang bersandar kepada penafsirannya.  Hal ini disebabkan dia merupakan salah seorang mufassir dari kalangan tabiin yang sangat mumpuni, taat beragama,  wara’ dan tsiqah.


Mujahid bin Jabr lahir di Mekah tahun ke-21 Hijriyah, tepatnya pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab.  Dia adalah hamba sahaya Abdullah bin Sa’ib bin Abi Sa’ib al-Mahzumi. 


Ats-Tsauri  menuturkan, “Aku belum pernah melihat seseorang yang mempunyai keinginan kuat terhadap ilmu Allah ini ( Alquran)  kecuali Atha’, Thawus dan Mujahid . “ Fadhil bin Maimun meriwayatkan, bahwa ia mendengar Mujahid berkata, “ Aku telah belajar Alquran kepada Ibnu Abbas sebanyak 30 kali,  aku  berhenti di setiap ayat dan aku tanyakan bagaimana dan dimana ayat itu diturunkan.” 


Abdus Salam bin Harbi meriwayatkan dari Mus’ab, dia berkata, “Mujahid adalah seorang yang paling memahami ilmu tafsir,  sedangkan Atha’  adalah orang paling memahami ilmu tentang Haji.” Qatadah berkata, “ Seorang ahli yang faham tentang halal haram adalah az-Zuhri, sedangkan seorang ahli tafsir yang mempuni adalah Mujahid.”  Ibnu Sa’ad mengatakan , “Mujahid adalah seorang yang tsiqah, faqih terhadap agama dan alim yang memiliki banyak hafalan hadits.”


Ibnu Jarir dalam tafsirnya menukil perkataan Abu bakar al-Hanafi yang menyatakan, “Aku mendengar Sufyan ats-Tsauri  berkata: “ jika engkau telah mendapatkan tafsir dari Mujahid,  maka itu sudah cukup bagimu.”  Sufyan ats-Tsauri menegaskan, “ Ambillah tafsir dari empat orang,  mereka adalah:  Mujahid , Sa’id bin Jubair, Ikrimah dan adh-Dhahak.”


Diantara sahabat dan tabi’in  yang menjadi sumber riwayat atau guru bagi Mujahid adalah : Ibnu Abbas, Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Abi Waqqash, Aisyah, Ummu Salamah, Abu Hurairah, Ummu Hani binti Abi Thalib, Jabir bin Abdullah, Suraqah bin Malik, Abdurrahman bin Sofwan bin Qudamah, Abi Iyadh, Amru bin Aswad, Mauraq al-Ajali, Abu Ubaidah bin Abdullah bin Mas’ud, dan lain-lain. 


Sedangkan murid-murid beliau adalah : Ayyub as-Suhtiyani, Atha’, Ikrimah, Ibn Aun, Amru bin Dinar, Fathur bin Khalifah, Abu Ishaq as-Sab’i, Abu Zubair, Yunus  bin Abi Ishaq, Qatadah, Ubaidillah bin Abi Yazid, Bakir bin Ahnas, Habib bin Abi Tsabit, Hasan bin Amru, Hasan bin Muslim, Hakim bin Utaibah, Zubaidi al-Yami, Awam bin Husyab, Salamah bin Kuhail, Sulaiman Ahwal, Sulaiman A’masi, Abdul Karim bin Malik al-Jazuri, Ubadah bin Umamah, Utsman bin ‘Ashim Abu Husain, Utsman  bin Mughirah, Umar bin Dzar dan masih banyak lagi yang lainnya. 


Beliau merupakan orang yang termasuk menyaksikan wafatnya Umar bin Abdul Aziz,  Khalifah ke-5 yang terkenal akan keadilannya.  Sesaat menjelang wafat,  Mujahid sempat ditanya sang halifah, “ apa yang dikatakan oleh manusia berkenaan dengan diriku?”  Mujahid menjawab ,”Mereka mengatakan bahwa anda telah disihir.” 


Mujahid pernah berwasiat, “ Barangsiapa yang memuliakan dirinya,  maka dia akan  dihinakan oleh agamanya,  dan barangsiapa yang merendahkan dirinya maka dia akan dimuliakan oleh agamanya .” 


Para ulama berbeda pendapat tentang wafatnya beliau,  akan tetapi dari sekian banyak  pendapat,  yang paling kuat adalah beliau wafat di Mekah pada hari Sabtu tahun 104 Hijriah.  Beliau wafat ketika sedang bermunajat kepada Allah SWT.  Semoga Allah merahmatinya.  Amin.


Sabtu, 01 Juli 2023

USAMAH BIN ZAID BIN HARITSAH


Tokoh sahabat Rasul saw yang diturunkan di artikel ini adalah Usamah bin Zaid. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Usamah bin Zaid bin Haritsah,  berasal dari  Kanafah Auf , lahir di Mekah tujuh tahun sebelum hijrah nabawiyah. Secara fisik Usmahah orangnya  berkulit hitam, berhidung pesek, dan postur tubuhnya kurus. Namun dia memiliki karakter yang sangat mulia, yaitu mampu menjaga diri , bertakwa, wara’, rendah hati, cerdas , sangat tulus  untuk agama Allah dan sangat ramah. 


Orangtuanya adalah termasuk salah seorang yang dekat dengan Rasulullah , yaitu Zaid bin Haritsah. Ibunya adalah Ummu Aiman,  yang sebelumnya merupakan hamba sahaya milik Aminah binti Wahab,  ibunda Rasulullah s.a.w. 


Usamah bin Zaid adalah termasuk sahabat nabi yang paling berbakti kepada orang tua. Ibnu sirin menceritakan, “ Pada masa Usman bin Affan harga pohon kurma sangat tinggi sehingga mencapai 1000 dirham.  saat itu Usamah menghampiri sebuah pohon kurma kemudian menebangnya dan mengambil jantungnya,  lalu ia berikan kepada ibunya.  orang-orang berkata kepada Usamah bin Zaid,” Kenapa engkau melakukan hal itu,  kamu kan tahu bahwa harga pohon kurma itu sangat mahal,  sampai seribu dirham?”  Usamah menjawab, “ ibuku memintanya.  ketika ibuku meminta sesuatu yang bisa aku penuhi,  pasti itu akan aku berikan’”.


Nabi sangat mencintai Usamah sejak kecil. Suatu ketika Rasulullah meraih Usamah lalu meletakkannya di salah satu paha beliau,  dan meletakkan Husain bin Ali di paha yang satunya lagi,  lalu mendekap keduanya ke dada beliau sambil mengucapkan, “Ya Allah!  Sungguh aku mencintai keduanya, maka cintailah keduanya.”


Dalam kesempatan yang lain,  Rasulullah s.a.w. pernah memberi baju yang sangat mahal kepada Usamah.  baju tersebut dibayar dari Hakim Bin Hizam -  salah satu orang yang kaya dari kalangan suku Quraisy.  pakaian tersebut adalah pakaian yang biasa dipakai oleh pada raja-raja dia mengkala itu.  sebelumnya Hakim Bin Hizam ingin menghadiahkan pakaian tersebut kepada Nabi.  Tetapi kerana Hakim bin Nizam adalah orang kafir,  sehingga ia tidak mau menerima hadiah tersebut.  tapi malah beliau membayar baju tersebut dengan harga yang mahal dan kemudian dihadiahkan kepada Usamah bin Zaid. 


Usamah bin Zaid seorang panglima yang sangat berjasa sekali dalam mengembangkan dan mempertahankan agama Islam.  banyak sekali peperangan yang dimenangkan  oleh Usamah. Dia pula yang dipercayakan oleh  Rasulullah s.a.w. untuk merawat dan memelihara pedang Rasulullah pada saat Rasulullah tidak berperang.


Usamah bin Zaid pernah terserang penyakit cacar ketika pertama kali tiba di Madinah.  pasangan itu yang masih belia dan ingusan. Aisyah merasa jijik kepadanya, lalu Rasulullah s.a.w. membersihkan wajah Usamah dan menciumnya,  hingga  Aisyah  berkata,” Demi Allah,  Setelah itu Aku tidak pernah menjauhkannya.”


Osama bin Zaid wafat di Jaraf,  diperbatasan Madinah al-Munawwarah pada tahun 54 Hijrah.


SATU EKOR SAPI UNTUK BERBAGAI TUJUAN

 Pertanyaan: 

Tujuh orang yang bersekutu menyembelih satu ekor sapi, sebagian bermaksud untuk kurban, sebagian untuk aqiqah dan sebagian lagi untuk dijual. Apakah sah qurban dan aqiqahnya?


Jawaban:

Hukumnya tetap sah.


Referensi:

Hasiyah Al-Bajuri 'ala Fathil Qorib, juz 2, halaman 381-382.


قوله اشتركوا في التضحية بها- الى ان قال - سواء اتفقوا في نوع قربة ام اختلفوا فيه كما اذا قصد بعضهم التضحية الهدي وبعضهم العقيقة وكذلك ما لو أراد بعضهم التضحية وبعضهم الاكل وبعضهم البيع 


Ungkapan tujuh orang tersebut bersekutu untuk berkurban dengan satu sapi baik jenis ibadah yang mereka sama atau beda seperti ketika sebagian dari mereka menghendaki untuk kurban dan sebagai lagi untuk hadyu dan sebagian lagi menghendaki untuk aqiqah, begitu juga kasus jikalau sebagian dari mereka menghendaki korban, sebagian lagi menghendaki untuk dikonsumsi dan sebagian lagi menghendaki untuk menjual 

dagingnya