This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 30 Juni 2023

AKTIVITAS SEPUTAR HARI RAYA

 Hari raya Idul Fitri merupakan hari yang sangat mulia, yang pada saat itu umat Islam merayakan kemenangan terhadap pengendalian nafsu selama bulan Ramadhan. Dalam merayakan hari kemenangan tersebut Islam mengajarkan tata cara secara terperinci:

  • Berhias dengan memakai pakaian yang bagus, menggunakan parfum, mandi dan lain-lain. Khusus untuk wanita di luar rumah tidak memakai wangi-wangian dan pakaian yang indah yang dapat menimbulkan fitnah. Dalam sebuah riwayat Rasulullah memerintahkan agar pada hari Idul Fitri dan Idul Adha mengenakan pakaian yang terbagus memakai wewangian yang terbaik dan berkorban pada Idul Adha dengan hewan yang paling berharga.

Namun yang perlu diingat adalah menghindari sifat boros dan berlebih-lebihan. Berhias bukan berarti memakai pakaian yang baru atau mahal, tapi yang penting bersih dan menutup aurat. Keindahan akan menjadi sia-sia jika tidak menutup aurat.

  • Melalui jalan yang berbeda pada saat pulang dan pergi. Nabi SAW biasa menempuh jalan lain pada hari raya. Maksudnya pergi melalui sebuah jalan dan pulang melalui jalan lain. Hikmahnya adalah untuk menampakkan syiar Islam, orang yang mempunyai keperluan dapat menunaikan keperluannya pada saat itu.

  • Bertakbir saat keluar dari rumah.

Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah pada saat keluar rumah di hari Idul Fitri dan bertakbir hingga tiba di lapangan dan menunaikan salat Ibnu Umar berangkat pagi hari pada hari idul Fitri dan idul Adha dengan mengeraskan suara takbir hingga tiba di tempat salat. Beliau bertakbir hingga Imam datang.

  1. Makan sebelum salat Ied. Nabi selalu makan sebelum berangkat ke tempat salat pada hari raya Idul Fitri. Sebaliknya pada hari Idul Adha beliau makan setelah salat.

  2. Mandi sebelum salat. Abdullah bin Umar ra biasa mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat ke lapangan para ulama telah sepakat dianjurkan mandi sebelum Idul Fitri dan Idul Adha.

  3. Mengucapkan salam Idul Fitri. Yaitu mengucapkan taqobalallahu minna wa minkum. (Semoga Allah menerima amal kita semua).  Imam Ahmad menganggap itu sebagai keringanan. Namun, beliau berkata, "Saya tidak memulai ucapan tersebut. Jika orang lain mengucapkannya kepada saya terlebih dahulu, saya akan jawab. Sebab, menjawab kehormatan itu wajib. Tapi memulai ucapan selamat bukanlah sunnah yang dianjurkan dan juga tidak dilarang."

  4. Mengajak seluruh anggota keluarga rumah untuk menghadiri salat Idul Fitri dan Idul Adha anak-anak perempuan dan laki-laki diperintahkan keluar ke lapangan pada hari Idul Fitri dan Idul Adha tanpa membedakan antara gadis, janda, remaja, tua atau yang sedang haid. Wanita yang sedang haid tidak ikut salat, tapi hanya datang dan mendengarkan khotbah

  5. Bermain pada saat hari raya. Mainan yang tidak haram, rehat yang sehat, nyanyian yang baik, dibolehkan dilakukan pada hari idul Fitri sebagai olahraga bagi badan dan rehat bagi jiwa. Kaum Anshar di masa Rasulullah mempunyai dua hari di mana mereka bermain. Rasulullah berkata kepada mereka, "Sungguh Allah ta'ala telah menggantikan buat kalian yang lebih baik dari dua hari itu, yaitu hari idul Adha dan idul Fitri

  6. Dalam merayakan hari raya Idul Adha maupun Idul Fitri ada beberapa hal yang harus dihindari diantaranya adalah:

    • Mubazir atau boros. Masih banyak saudara-saudara kita di tempat lain yang kesulitan mencari makan. Allah menegaskan bahwa orang-orang yang berlaku boros adalah saudara setan.

    • Tidak berlebih-lebihan pada yang dibutuhkan.

    • Tidak ikhtilat atau bercampur baur dengan yang bukan mahram. Suasana hari Raya sangat mendukung untuk terciptanya ikhtilat titik namun demikian, setiap muslim dan muslimah harus dapat menghindari hal ini.  sebab, yang dilarang Allah bukan hanya zina, tapi juga mendekatinya.

    • Bersalaman dengan yang bukan mahram titik sering terjadi, karena alasan bermaaf-maafan kamu seorang laki-laki mengalami wanita yang bukan mahramnya. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya saya tidak pernah bersalaman dengan wanita.

Demikianlah serba-serbi selama Idul Fitri dan Idul Adha

Semoga Allah menerima amal ibadah kita.


Kamis, 29 Juni 2023

RIZKI LANCAR KARENA MEMBERI MAKAN SEMUT


Imam Abdul Wahhab Asy Sya'rani radhiyallahu 'anhu berkata :

Diantara anugerah Allah ta'ala pada saya adalah saya biasa memberikan paha ayam dengan senang hati kepada kucing atau anjing yang tampaknya juga menginginkannya, padahal paha ayam itu disuguhkan untuk saya makan. Bahkan seringkali saya berikan satu ayam utuh jika melihatnya tampak kelaparan. Oleh karenanya, tidak pernah sekalipun saya mengejar kucing atau anjing yang mencuri ayam panggang saya, dan saya pun melarang orang lain mengejarnya, karena tidak dicuri saja biasa saya berikan dengan senang hati. Dan lagi kalo dikejar hingga kucing itu ketakutan, bisa jadi ayam panggang yang ia dapat tidak sebanding dengan ketakutan yang ia rasakan. Kasihan. 

Dan ketahuilah, Saudaraku!, Tidaklah kucing mencuri ayam kita kecuali sebab kita biasa pelit pada mereka, kita biasa makan daging tanpa tersisa kecuali tulang saja sehingga kucing tidak mendapat bagian apa², mereka mencuri karena mereka putus asa pada kita, padahal tidaklah mereka mau tinggal bersama kita kecuali karena mereka menyangka kita orangnya baik dan pemurah, mereka mengira kita akan memberi mereka makanan saat mereka berada di depan kita. 

Sayyidi Syech Ali Al Khawwash pernah berwasiat kepada keluarga beliau untuk mengurusi kucing² kecil, terutama di siang bulan Ramadhan. "Siang hari orang² tidak makan, kucing pasti kesulitan mencari makanan, sehingga kebutuhan mereka tak terurus", kata beliau. Saya sering melihat beliau meletakkan tepung atau remahan roti di samping lubang sarang semut dan berkata, "Kita hanya berusaha membantu agar semut tidak perlu keluar jauh dari sarangnya untuk mencari makanan untuk dirinya dan kawanannya. Karena ketika mereka keluar jauh dari sarangnya itu taruhannya nyawa, bisa dimakan hewan pemangsa, terinjak manusia, putus tangannya, atau remuk bagian tubuhnya, sehingga ia pun kesakitan, dan harus menanggung rasa sakit yang kita belum tentu mampu menanggung rasa sakit itu." 

Bukankah ada cerita bahwa Imam Al Ghazali radhiyallahu 'anhu mendapatkan ampunan dari Allah ta'ala sebab kasih sayang beliau kepada seekor lalat. Saat ada lalat minum tinta yang menempel pada pena yang sedang beliau pegang, beliau diam tidak bergerak dan membiarkan lalat itu menyelesaikan hajatnya. 

Sayyidi Ali Al Khawwash radhiyallahu 'anhu berkata : "Jika kalian punya madu atau gula maka letakkan lah sedikit darinya di mulut sarang semut atau di tempat yang sering mereka lalui, dan jangan kalian tutup rapat² keduanya kecuali setelah melakukan hal itu. Sebab orang yang mempersulit hewan untuk mendapatkan rizkinya seringkali Allah ta'ala juga akan mempersulit jalan rizki orang itu. 

Mungkin sebab alasan ini, demi mendidik agar cinta kepada sesama makhluk Allah ta'ala, sebagian ulama muhadditsin menyatakan bahwa memelihara kucing itu sunnah hukumnya, karena itu akan mendorong orang mau memberi mereka makan, minum, dan tidak pelit kepada mereka. 

Dari kitab Al Minanul Kubra, Imam Abdul Wahhab Asy Sya'rani, hal. 305 

Di dalam kitab Bahrul Maurud beliau juga menjelaskan hal yang sama. Jadi ketika kita semisal mau memberi kapur ajaib atau penghalang semut atau serangga di sekitar makanan, kata beliau, berilah di luar garis kapur itu sebagian dari makanan yang kita amankan, sebagai jatah untuk hewan² itu.

-•×•- 

Gus Baha' pernah berkata, setelah makan malam dan ada piring² yang kotor dengan sisa² makanan, jika tidak sangat butuh untuk segera dibersihkan, sebaiknya piring² itu dicuci pagi hari saja, agar malam itu sisa² makanan itu bisa dinikmati oleh serangga dan lainnya. Sisa² makanan itu bisa menjadi pesta makan besar bagi mereka, jadi biarkan mereka menikmati itu, tidak perlu dicuci dulu, niatkan untuk sedekah.

Membuka jalan rizki hewan saja seperti itu fadhilahnya, apalagi jalan rizki sesama manusia.

Wa Allah ta'ala a'lam


-

IBADAH QURBAN: MENUJU PUNCAK KETAATAN dan MENGIKIS SIFAT “KEHEWANAN”



Oleh: H. Hayatul Islami, S.Th.I., M.S.I


 KHUTBAH PERTAMA

السلام عليكم ورحمةاللهِ وبركاته

اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَالَهَ الاَّاللهُ وَ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنزَلَ الْعِيْدَ ضِيَافَةً لِلاَنَامِ. اَلَّذِى اَحَلَّ لَهُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ. وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّيَامِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتعَالَى وَاَشْكُرُهُ عَلٰى مَوَاهِبِهِ الْعِظَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لاإِلٰهَ إِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تَكُوْنُ لَنَا دُخْرًا عِنْدَ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ. إِلٰهٌ ابتلٰى خَلِيلُهُ إِبرَاهِيْمَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ. اَلَّذِى ضَحَّى بِكَيْشَيْنِ اَمْلَحَيْنِ ذَبَحَ بِيَدِهِ اَحَدَهُمَا عَنْ نفْسِهِ وَالْآخَرُ عَنْ أُمَّتِهِ وَاٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَاَتبَاعِهِ وَعِتْرَتِهِ.

أَمَّابعْدُ: فيَآاَيهَاالْحَاضِرُوْنَ الْكِرَامِ اُوْصِيْنِي نفْسِى وَإِيَّاكُمْ بِتقْوَى اللّٰهِ رَبِّ النَّاسِ وَطَهِّرُوْا قلُوْبَكُمْ مِنْ دَآءِ الْكِبْرِ وَالْحِقْدِ وَالْحَسَدِ وَالنَّمِيْمَةِ وَالدَّرَنِ وَالاَدْنَاسِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ يوْمَ عِيْدِ الاَضْحَى يوْمُ عِيْدِ الْاَكْبَرُ وَمَوْسِمُ الْحَجِّ الاَفْخَرِ. فَكَبِّرُواللهَ وَهَلِّلُوْاهُ وَ حَمِّدُوْاهُ بِقَوْلِ: اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ لاَإِلٰهَ إِلاَّ للهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَ للهِ الْحَمْدُ. وَضَحُّوْا فَإِنَّ اْلأُضْحِيَةَ مِنَ اْلأَعْمَالِ المُنْجِيَةِ تنْجِى صَاحِبهَامِنْ شَرِّالدُّنيَا وَاْلاٰخِرَةِ. وَكَبِّرُواالضَّحَايَا فَإِنَّهَا هِيَ الْمَطَايَا وَترْفَعُ الْبَلاَيَا.

اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.


Hadirin kaum Muslimin dan Muslimat sidang Jama’ah ‘Idul Adh-ha rahimakumullah…

Pada hari yang mulia ini, Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Iman dan Taqwa yang muncul dari dalam sanubari kita, seperti yang disampaikan oleh baginda Nabi bahwa: 

... التقوى هَاهُنَا(وَيُشِيْرُ الَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ)...(رواه مسلم عن ابي هريره)

 “Taqwa itu letaknya di sini” (sambil menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali) dimulai dari diri sendiri dengan menjalankan seluruh perintah dan menjauhi semua larangan Allah kemudian kita tularkan kepada keluarga, sahabat, handai toulan dan masyarakat di sekitar kita, dengan harapan semoga Allah menurunkan berkah bagi negeri kita ini, seperti yang dijanjikan oleh Allah:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ...(الاعراف:96) 

“Dan sekiranya penduduk negeri ini beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan keberkahan dari langit dan bumi…”


اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ...

Hadirin Rahimakumullah…

Hari ini dan tiga hari kedepan, kita di sunnahkan melantunkan takbir, tahmid, tahlil dan tasbih dalam rangka mengagungkan dan mengesakan Allah SWT. Kalimat takbir, tahmid, tahlil dan tasbih itu, membahana di angkasa raya bagaikan sebuah simfoni nan indah yang mampu menggetarkan qolbu, menggelorakan rasa dan meraga sukma, sehingga menyadarkan diri kita betapa rendah dan kerdilnya kita dihadapan Allah dan tentunya disaat yang sama kita juga menyadari betapa besarnya dan kuasanya Allah SWT.

اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ...

Hadratal mukhtaramin sidang jama’ah Idul Adha Rahimakumullah

Peristiwa Qurban/ibadah qurban yang akan kita lakukan hari ini sampai 3 hari ke depan, merupakan perwujudan dari iman, taqwa serta kepatuhan kita kepada Allah swt. Hal ini jugalah yang dilakukan oleh Nabi Allah Ibrahim as ketika beliau diperintah untuk menyembelih putranya Ismail as. Semua ini beliau lakukan sebagai wujud ketaatan dan keimanan beliau kepada Allah, atas keimanan dan ketaatan inilah Allah mengganti tubuh Ismail dengan seekor kambing. Disampig itu, Allah juga menjadikan Nabi Ibrahim dan para pengikutnya sebagai suri tauladan yang baik, Allah berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖ …

Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, ….” (al-Mumtahanah: 4)


 اَللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ...

Nabi Ibrahim merupakan lambang orang yang mantap keimanan kuat ketaatannya, sementara Ismail sebagai lambang apa saja yang dimiliki dan disayangi seseorang, baik berupa harta-benda, pangkat-jabatan, anak, istri maupun hak milik lainnya. Sedangkan perintah Allah kepada nabi Ibrahim adalah merupakan sebuah lambang dari syariat Islam. Ini memberikan pemahaman kepada kita, bahwa kita sebagai orang yang beriman kita perlu mengorbankan apa saja yang kita miliki demi ketaatan kita kepada Allah dan agama yang kita cintai ini.

Bahkan Allah menggolongkan kita sebagai orang yang sangat merugi jika kita lalai dalam mengingat Allah oleh sebab harta dan anak-anak yang kita miliki.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi (al-Munafiqun: 9)

اَللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ...

Oleh sebab itu hadirin yang berbahagia, berdasar pada pendekatan al-Qur’an dan hadis maka paling tidak ada dua prinsip utama dari ibadah qurban ini.

Pertama, Ibadah qurban adalah memupuk dan merealisasikan rasa taqwa kita kepada Allah swt. Allah berfirman dalam surah al-Hajj ayat 37:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ

Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.


Maka ibadah qurban yang kita sejatinya adalah sebagai bentuk ketakwaan kita kepada Allah swt. Sudah barang tentu orang yang bertakwa akan mengorbankan apasaja yang dimilikinya dalam keadaan apapun sebab diantara ciri orang yang bertakwa adalah

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ...

Mereka yang bersedekah dalam keadaan lapang maupun sempit dan tentu pulalah yang mereka sedekahkan/korbankan adalah sesuatu yang terbaik yang mereka miliki sebab mereka sangat meyakini tidak akan mencapai suatu kebaikan yang sempurna sebelum menafkahkan yang terbaik dan yang kita cintai. Allah berfirman:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ


Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui (Q.S Ali Imran: 92).


Demikian pula dengan ibadah kurban haruslah dengan hewan qurban yang terbaik;

عَظِّمُواضَحَايَاكُمْ, فَإِنَّهَا عَلٰى الصِّرَاطِ مَطَايَاكُمْ

“Berqurbanlah dengan hewan yang bagus (besar dan gemuk) karena hewan itu akan menjadi kendaraan mu di atas Shirat”.


Maka orang yang bertakwa pastilah dia mau berqurban, dari sini jugalah kita bisa memahami hadis Nabi tentang anjuran/kewajiban bagi orang yang mampu untuk berkurban kata Nabi;

عَن ابي هريرة قال رسول الله (صم)من وجدسعةً فلم يضَحِّ فلا يقْربَنَّ مُصلاَّنا (روه احمد وابن ماجه)


اَللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ...

Kaum muslimin dan Muslimat rahimakumullah…

Kedua, Ibadah qurban merupakan simbol perjuangan manusai untuk menghilangkan sifat-sifat kehewanan yang ada dalam diri. Kita perlu sadari bahwa kelakuan, sikap, sifat dan perilaku kita terkadang sudah sangat melampaui batas. Tidak tahu lagi mana yang benar mana yang salah. Tak hirau lagi dengan yang halal dan haram, tidak memikirkan yang haq dan yang bathil. Merasa diri lebih hebat, lebih pintar dan kuasa atas orang lain.

Allah berfirman dalam surah al-‘Alaq ayat 6-7

كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓ ۙ اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰى

“Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup”.


اَللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ...

Maka itu hakikat Qurban adalah bagaimana melalui ibadah qurban itu mampu mengikis dan menghilangkan sifat kehewanan yang ada dalam diri kita. Imam Nizhomuddin An-Naisaburi dalam tafsir Gharaibul Qur’an wa Raghaibul Furqon ketika menafsirkan ayat 67 surah al-Baqarah:

وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهٖٓ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تَذْبَحُوْا بَقَرَةً ۗ ……

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor sapi betina…”


Ayat ini menurut beliau merupakan isarat “menyembelih” sisi nafsu binatang yang ada dalam diri manusia. Hal ini bertujuan membersihkan hati manusia dari sifat-sifat tercela yang masih melekat dalam diri manusia. Iri, dengki, kikir, sombong, merasa hebat, merasa benar, mau menang sendiri, ujub dan lain-lain.

Hadirin wal hadirat rahimakumullah…

Diantara beda manusia dengan hewan adalah Allah menitipkan kita Akal-fikiran dan hati (perasaaan). Dengan akal dan fikiran kita dapat memebedakan baik dan buruk, salah dan benar, haq dan bathil. Sementara hati dan perasaan menuntun kita beriman kepada Allah, merasa empati, memupuk kasih sayang serta merasa bahwa kita adalah hamba Allah. Jika kedua hal ini tidak kita manfaatkan dnegan baik maka beda kita dengan hewan!!!

Itulah sebabnya Allah menyebut manusia yang tak pandai menggunakan hati, mata dan telinga dengan baik maka Allah menyebut orang seperti ini sama dengan hewan ternak bahkan lebih hina. Firman Allah:


 وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah (Q.S. al-A’raf: 179).


Oleh sebab itu, perlu kita introspeksi diri, apakah kita sudah menggunakan Hati- perasaan, Akal-fikiran, mata-telinga sesuai dengan perintah Allah, jika belum maka tiadalah beda kita dengan hewan.


اَللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ...

Kaum Muslimin sidang jama’ah ‘Idul Adha Rahimakumullah

Kenyataannya pada saat ini, kita melihat bahkan mungkin merasakan bahwa kelakuan dan sikap kita sama dengan hewan bahkan mungkin lebih parah. Coba kita perhatikan, rasa saling menghormati mulai terkikis, tergerus bahkan nyaris hilang di tengah-tengah kita, kita masuk pada era dimana tekhnologi jadi kebanggaan, harta dan jabatan jadi pameran, sehingga sangat tampak nyata perbedaan sikaya dan yang tak berpunya. Sikap acuh dengan sesama, tetanga dengan tetangga tidak saling sapa, perselingkuhan rumahtangga sudah biasa, bahkan diumbar melalui media. yang paling parah, sikap dan kelakuan anak terhadap orang tua jauh sekali dari rasa cinta. 

Padahal kita sudah sangat mengerti bahwa menghormati dan memuliakan kedua orang tua adalah kewajiban seorang anak. Bahkan salah satu dosa terbesar dihadapan Allah adalah durhaka kepada kedua orang tua. 

Maka itu, datangilah kedua orang tua kita, ciumlah keningnya, kening ibunda kita yang selalu sujud di tepian malam mendo’akan kita, peluklah tubuhnya yang renta, kita Sembilan bulan tinggal dirahimnya, ciumlah tangan keduanya, sebab kedua tangan itulah yang selalu menengadah ke langit mendo’akan kita. Ibu yang selalu menangis dihadapan Allah Swt, setiap ucapan yang keluar dari lisannya adalah do’a untuk anaknya.

Demi Allah.. mengapa kita hari ini menjadi anak yang sukses, tidak lain dan tidak bukan adalah karena doa dari ayah ibu kita, setiap malam ibu kita berdoa “Ya Roob jadikan anakku-anak yang soleh, ya Roob jadikan anakku adalah anak yang berbakti kepada orang tuanya, ya roob jadikan anak-anak kami anak yang terbaik, jadikan nasibnya lebih baik ketimbang ayah dan ibunya.”

bagi kita yang kedua orang tuanya sudah tiada, datangi pusaranya do’akan mereka, karena kita sadari kasih sayang ibu membawa kesyorga, kasih sayang ayah tiada penghujungnya. Untaian mutiara yang kita persembahkan, istana megah yang kita bangunkan, itu pun belum cukup membalas jasa ayah dan bunda. Sayangilah mereka yang masih hidup, mohonlah do’a kepada keduanya, do’a keduanya mampu menguncang Arsy.


اَللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ...

Maka itu hadiriin rahimakumullah, melalui momentum hari raya qurban ini marilah kita memupuk rasa persaudaraan, kita biasakan untuk berqurban bagi kepentingan orang lain, kita buang jauh-jauh sifat egois, ingin menang sendiri, merasa paling hebat dan takabur, menyadari, bahwa petapa pentingnya akhlak dan adab bagi kehidupan kita, jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan membanggakan kedua orangtua kita, perbaikilah akhlak kepada siapapun sebab itu semualah yang akan menjadi pembeda kita dengan hewan. Semoga Allah memberi petunjuk dan membimbing kita kepada jalan yang diridhoi-Nya. aamiiiin…

اَعَادَاللهُ عَلَينَا وَعَلَيْكُمْ مِنْ برَكَةِ هٰذَا الْعِيْدِ وَاَمَّننَا وَإِيَّاكُمْ مِنْ سَطْوَةِ يوْمِ الْوَعِيْدِ. اَقوْلُ قوْلِ هٰذَا وَاسْتغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَآئِرِ الْمُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمِ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ.


MENSYUKURI NIKMAT ALLAH DENGAN BERKURBAN



H. Ramli Abdullah,S.Ag, M.Pd.I

 الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ،

Kaum muslimin jamaah jumat yang berbahagia

Pertama tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah swt dengan mengucapkan Alhamdulillah rabbal 'alamin, dimana pada hari  yang mulia ditempat yang dimuliakan oleh Allah ini kita dapat melaksanakan semua rangkaian ibadah jumat, semoga semua amal ibadah kita diterima oleh Allah swt dan  marilah kita bershalawat kepada Rasulullah dengan mengucapkan

  اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

Semoga di yaumil akhir kita mendapatkan syafaatnya, amiin ya robbal alaminnn

Selanjutnya selaku khatib Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada kita semua yang hadir marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar benar ketaqwaan dalam arti kata 

 امتثال أوامر الله واجتناب نواهيه

Melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segalaa laranganNya

Jamaah jumat Rahimakumullah

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, merupakan waktu melakukan ibadah menyembelih hewan kurban. Berkurban bisa bermakna menyembelih hewan khusus dengan niat untuk bertaqarrub kepada Allah pada waktu khusus atau menyembelih dari hewan ternak berupa kambing, sapi, kerbau, unta dan sebangsanya untuk mendekatkan diri kepada Allah pada hari nahr.

Ibadah kurban merupakan ritual umat Islam. Disyariatkan pada tahun kedua hijriah, kini ibadah kurban telah melembaga dan membudaya serta memiliki corak tersendiri bagi komunitas umat Islam di berbagai belahan dunia. Karenanya kurban memiliki hakekat yang sangat kuat dan dalam upaya taqarub Ilallah, dan dan menumbuhkan rasa berbagi sesama manusia, dan bagi yang ingin bequrban masih ada waktu tiga hari lagi.

Diantara hikmah yang terkandung dalam ibadah qurban adalah, HIDUNG 

Manusia setiap detik, saat, selalu mendapat nikmat dari Allah yang tidak dapat terhitung. Tidak usah jauh jauh dibawah mata di atas mulut, disitu ada Namanya hidung yang setiap saat kita pergunakan untuk bernafas, satu organ yang amat luar biasa.

Hidung sebgai alat Pernapasan adalah suatu proses dimana kita menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air). Kitapu mengenal  Respirasi ini adalah proses pembakaran (oksigen) zat-zat makanan (glukosa) di dalam sel-sel tubuh dengan bantuan oksigen dan enzim.


Manusia bernapas untuk mendapatkan oksigen dari udara ke dalam paru-paru dan membuang karbondioksida. Dari paru-paru, oksigen akan disalurkan kepada seluruh tubuh melalui darah.

Saat manusia menghirup napas udara akan masuk ke paru-paru melalui rongga hidung. Di dalam paru-paru, tepatnya di alveolus terjadi pertukaran gas oksigen dengan gas karbondioksida. Setelah itu, karbondioksida akan dikeluarkan melalui hidung ketika manusia mengembuskan napas.

Hidung adalah berfungsi sebagai alat pernafasan makan sebaiknya tidak bernafas melalui mulut,Selain penyimpangan tumbuh kembang rahang dan gigi, kebiasaan bernapas lewat mulut juga dapat mengakibatkan udara yang masuk tidak di filtrasi rongga hidung, mengganggu kualitas tidur, dan mengganggu sistem tubuh

Kaum muslimin jamaah Jumat yang berbahagia

Apakah boleh bernafas lewat mulut saat tidur?

Bernapas melalui mulut juga dapat mempersulit tidur malam yang nyenyak, yang dapat menimbulkan efek domino yang serius pada kesehatan. Menurut De Vries, bernafas melalui mulut dapat menyebabkan otot tenggorokan dan sekitarnya melemah seiring waktu. Pelemahan ini dapat menyebabkan

Kaum muslimin jamaah Jumat yang berbahagia

Betapa Allah  telah menjadikan semua yang ada dalam tubuh kita ini, begitu amat luar biasa, Ketika manusia disibukkan dengan kewajiban memakai masker, Allah menjadikan bulu hidung kita sebagai masker yang alami, untuk menyaring udara yang masuk, maka kita di larang mencabut bulu hidung itu,  itu semua nikmat Allah, sehingga dalam surah Ar-Rahman Allah mengulang 31 kali  kalimat 

فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Kaum muslimin jamaah Jumat yang berbahagia

Marilah kita berintrospeksi diri dan berhitung sejenak.  Betapa oksigen gratis yang selama ini disediakan Allah di alam raya ini sungguh bernilai tinggi. Secara ekonomi, harga oksigen itu Rp. 25.000/liter; sedangkan harga nitrogen adalah 10.000/liter.

Manusia memerlukan 2.880 liter oksigen; dan 11.376 liter nitrogen perhari. Seandainya harus dibeli, untuk pemenuhan oksigen dan nitrogen, manusia harus mengeluarkan uang sebesar Rp.185 Juta/hari/orang.

Jika dikalikan satu bulan saja, maka 30 hari x 185juta = 5,5 Milyar. Seandainya hidupnya mengandalkan oksigen dan nitrogen yang dibeli, bukan yang dinikmati secara gratis dari Allah, dapat dipastikan bahwa orang terkaya di dunia ini tidak akan mampu bertahan lebih dari setahun.

Itulah nikmat paling vital yang dirasakan manusia melalui hidungnya. Sungguh masih banyak nikmat Allah yang lain yang dinikmati melalui mulut, mata, telinga, tangan, kaki, kulit, akal pikiran, hati, dan lainnya. Sayangnya, kata Allah, sangat sedikit di antara hamba-Nya yang pandai bersyukur 

وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ

Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.

(QS Saba'  ayat 13).

Kaum muslimin jamaah Jumat yang berbahagia

 Ketika kita selalu mendapat nikmat Allah, maka sangat wajar dan seharusnya harus bersyukur atas nikmat yang Allah telah berikan kepada kita sekalian. Bersyukur dengan selalu memanfaatkan apa yang kita miliki di usahakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, meraih ridho Allah dan berusaha untuk mendapatkan kasih sayAng Allah, karena ada saatnya kita ingin ke masjid tapi kaki kita tak sanggup melangkah, kita sangat ingin membaca al Quran tapi mata akita tak jelas lagi melihat huruf al quran, kita sangat ingin pergi ke tempat-tempat majelis ilmu tapi kekuatan tubuh kita tak memungkinkan, bahkan kita sangat ingi berkurban, berinfaq dan berqurban tapi hart akita sudah tak ada, kalaupun ada kadang dilarang oleh anak-anak kita karena dianggap akan mengurang harta waris mereka dan kita sudah tak memiliki power lagi untuk melawannya, kecuali yang keluar hanya desahan nafas panjang njang, mengomel yang tak lagi didengar oleh keluarga kita sendiri,  setiap hari yang keluar hanya aliran air mata, dengan perasaan menyesal, menyusuri jalan menuju ajal datang.         

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Selasa, 27 Juni 2023

PENYAKIT TRUTH CLAIM

 Diriwayatkan bahwa ada salah seorang sahabat Rasulullah terus-menerus menangis di hadapannya. Beliau Saw  bertanya kepadanya, kenapa engkau bersedih. Dia berkata, "Wahai Rasulullah saw,  aku telah melakukan dosa pada masa jahiliyah. Karena itu aku takut Allah tidak mengampuniku meskipun aku sudah masuk Islam."

Beliau saw berkata kepadanya, "Ceritakan apa dosamu kepadaku?"

Dia berkata,"Wahai Rasulullah SAW,  dulu aku termasuk orang yang membunuh anak-anak perempuan mereka. Suatu kali lahir anak perempuanku. Istriku memohon kepadaku agar membiarkannya hidup. Maka aku biarkan dia hingga menjadi besar dan dewasa. Dia menjadi seorang wanita yang tercantik. Mereka meminangnya. Tetapi rasa fanatisme merasuki hatiku,  sehingga aku tidak mau menikahkannya atau aku lebih memilih meninggalkannya di rumah tanpa seorang suami. Aku berkata kepada istriku, "Aku akan pergi ke kabilah anu untuk menziarahi kerabatku.  Ajak dia bersamaku."

Mendengar itu istriku sangat senang. Kemudian ia mendandaninya dengan pakaian yang bagus dan perhiasan yang cantik. Dia memintaku untuk menjaganya dengan baik dan jangan pernah mengkhianati amanahnya tetapi aku malah pergi ke sebuah sumur. Aku melihat ke dalam sumur. Anak perempuanku mengetahui bahwa aku akan mencemplungkannya ke dalamnya, maka dia memelukku dan mulai menangis sembari berkata, "Ada apa ayah? Apakah kau ingin melakukan suatu keburukan kepadaku?" Mendengar itu aku merasa kasihan kepadanya. Kemudian aku melihat kembali ke dalam sumur dan fanatisme kesukuanku mulai timbul kembali.  Tetapi putriku memelukku lagi sembari berkata, "Wahai ayah, jangan kau khianati amanah bunda."  Aku bimbang sekali, aku memandanginya, sekali aku melihat ke dalam sumur dan kemudian kembali melihatnya. Aku kembali merasa kasihan kepadanya sehingga setan menaklukkan aku.  Maka aku ambil dia dan aku cantumkan dia ke dalam sumur dalam keadaan terbalik. Terdengar dia memanggil-manggilku, "Wahai ayah, engkau telah membunuhku."   Aku tetap tinggal di sana hingga suaranya tidak terdengar lagi.  Setelah itu aku kembali.  Rasulullah SAW dan para sahabatnya menangis. Beliau bersabda, "Jika aku diperintahkan menghukum seseorang atas apa yang telah dilakukannya pada masa jahiliyah, niscaya aku akan menghukumnya. 

Kisah ini ditulis oleh Dr. Abdurrasul Ghiffari dalam bukunya al-Mar'ah fi al-Islam.

Dalam kaitan dengan orang-orang ini, Allah SWT berfirman, "Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, hitam (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah'." AnNahl :  ayat 58.

Penggalan kisah ini menjadi suatu pelajaran bagi setiap orang yang terkena penyakit fanatisme. Akibat penyakit ini sangat berbahaya sekali dalam kehidupan. Bukan hanya merusak pribadi yang menderita penyakit tersebut, bahkan merusak  tatanan kehidupan. 

Bayangkan jika perilaku jahiliyah dalam kisah tersebut terus terjadi, maka regenerasi kehidupan manusia akan terputus. Fanatisme yang berlebih-lebihan melawan sunnatullah. 

Harus diakui, dikalangan umat beragama juga menderita  satu penyakit yang dapat di katakan ‘akut’ dan menjadi sumber berbagai konflik di kalangan mereka sendiri, yaitu truth claim, suatu bentuk fanatisme yang berakar.  Truth Claim ini terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang menyatakan bahwa ‘miliknya’, pemikirannya, idenya, atau pandanganyalah yang paling benar, dan yang lain salah. Dalam dunia penafsiran, truth claim ini nampak dalam bentuk sikap apriori dan memandang bahwa penafsiran dan pemahamannyalah yang paling benar, dan ‘yang lain’ adalah salah.

Fanatisme dalam bidang apa saja akan memperkeruh suasana kehidupan. Orang yang terkena syndrom fanatisme akan menjadi budak bagi nafsu dan menganggap dirinya atau kelompoknya paling benar, sehingga keharmonisan dalam bermasyarakat akan hilang. Hal ini diakibatkan dirinya masing-masing dikuasai oleh egonya. 

WACANA HIKMAH PARA 'ARIFIN

Pada sejumlah petikan wacana dari kaum sufi, yang membangkitkan semangat mereka yang berserasi dengan Allah antara lain:

Sungguh, bagi orang yang kenal Tuhan, tidak layak mengeluh dari cobaan. Karena setiap orang yang tidak mengenal Tuhan setiap ucapan adalah pengakuan, dan bagi pencinta tidak ada lagi keluhan.

Bila pertolongan Allah mendahuluinya, segala luka nestapa akan roboh karenanya.

Bila pertolongannya tiba, kewalian menjadi keharusan baginya. Karena pertolongan itulah kewalian ada, dan kewalian merobohkan luka-duka.

Yang urgen bukanlah kewalian tetapi yang penting adalah pertolongan. Siapa pun tak akan meraih kewalian manakala kehilangan pertolongan.

Orang yang teguh adalah orang yang merahasiakan rahasia.

Wujud Allah telah membuang wujud makhluk, maka buanglah pengakuan diri, angka temukan maknanya.

Siapa yang batinnya bener, maka seluruh ucapannya manis.

Jangan tertipu oleh indahnya waktu, karena di baliknya ada sejumlah bencana

Jangan tertipu oleh indahnya ibadah, karena di dalamnya ada kealpaan dirimu pada sifat rububiyah-Nya. 

Singkirkanlah dua rumah yaitu dunia dan akhirat dan berbahagialah dengan Allah rabbal 'alamin.

Mohonlah petunjuk kepada Allah, sebab Dia adalah sebaik-baik bukti. Berserahlah kepada-Nya, sebab Dia sebaik-baik tempat berserah diri..

Sepanjang kalbu hamba bergantung pada selain Allah, maka pintu kepentingan hati tertutup.

Kemesraan bersama Allah adalah cahaya yang memancar, dan mesra dan bergembira dengan makhluk adalah kesusahan.

Sumber rahasia adalah qolbu orang-orang yang baik bersama Allah sedangkan hati orang yang dekat dengan Allah adalah benteng rahasia-rahasia-Nya.

Kalbu, ketika gagal diberi cobaan Tuhan ia akan lepas dari wilayah Sang Kekasih. 

Sebaik-baik rezeki adalah yang sesuai dengan kebutuhan titik sebaik-baik dzikir adalah yang tersembunyi dalam hati. 

Bukan orang yang jiwanya cerdas, orang yang membuat pilihan, tetapi tidak menurut pilihan Seperti Sang Kekasih.

Menurut apa yang berarti bagimu, engkau raih cita-citamu. 

Sang hamba, Jika Allah membencinya, para makhluk akan membencinya. Jika Allah meridhoinya, selain Allah akan meridhoinya.

Permintaan maaf pecinta pada Sang Kekasih adalah kebajikan. Sedangkan perbuatan dosa pecinta pada kekasihnya adalah terampuni.

Dikutip dari buku Menjelang Makrifat karya Syekh Ahmad Ar-Rifai.

Minggu, 25 Juni 2023

KEHALALAN MENIKAHI MANTAN ISTERI

 


Pertanyaan:

Jika iddah wanita yang tertalak raj'i telah selesai, maka bagi sang suami halal menikahinya dengan akad nikah yang baru. Namun dengan hak talak yang masih tersisa. Baik wanita tersebut sempat menikah dengan laki-laki lain ataupun tidak. Apa alasannya?

Jawaban:

Karena suami kedua tidak dapat menghapus ketentuan jumlah talak suami pertama sebelum suami pertama menghabiskan jumlah talaknya. Hal ini sebab kembalinya istri tidak bergantung pada suami kedua.  Maka ada dan tiadanya sama saja.

Referensi:

قوله سواء اتصلت بزوج غيره ام لا - الى ان قال- لان الزوج الاخر لا يهدم الطلاق قبل استفاء عدده لان عودها غير   متوقف عليه فوجوده وعدمه سواء

Ungkapan baik berhubung dengan suami yang lainnya atau tidak karena suami yang lain tidak dapat menghapus ketentuan jumlah talak suami pertama sebelum suami pertama menghabiskan jumlah talaknya. Sebab kembalinya istri tidak tergantung pada suami kedua titik maka ada dan tiadanya sama saja.

Hasyiyah al-Bajuri 'ala Fathil Qorib juz 2 halaman 196

HUKUMNYA SUJUD TERLALU LAMA

Pertanyaan:

Bagaimana hukumnya andaikan memperlama sujud seperti lamanya tasyahud?


Jawaban:

Batal salatnya, karena sujud termasuk rukun yang pendek (tidak lama), maka tidak boleh dibuat lama.


Referensi:

قوله واكمله الزيادة على ذلك- الى ان قال- ولو طوله عن   الدعاء الوارد فيه بقدر اقل  التشهد بطلت الصلاة -  الى ان قال - وانما بطلت الصلاة بتطويلهما لانهما ركنان قصيران فلا يطولان

(Ungkapan mushonnif : dan paling sempurnanya sujud adalah menambahi dari yang disebutkan itu).…namun andaikan memanjangkannya melebihi dari doa yang diterangkan oleh hadis padanya dengan kadar minimalnya tasyahud, maka salatnya batal.   ..... batalnya salat sebab memanjangkan i'tidal dan sujud adalah karena keduanya merupakan dua rukun yang pendek maka tidak boleh dipanjangkan).


Sumber:

Hasyiyah al-Bajuri 'ala Fathul Qorib juz 1 halaman 200.

AHAD



Kata Ahad biasa diterjemahkan dengan esa.  Kata ini ditemukan dalam al-Quran sebanyak 53 kali,  tetapi hanya sekali digunakan sebagai sifat Allah.  Ini mengandungi isyarat tentang keesaa-Nya yang sedemikian murni,  hingga sifat  Ahad yang menunjuk kepada-Nya hanya sekali dalam al-Quran,  dan hanya ditujukan kepada-Nya semata, yaitu QS. al Ikhlas : 122. 


Kata Ahad  dalam QS al-Ikhlas itu, mengandung arti bahwa  Allah swt memiliki sifat-sifat tersendiri yang tidak dimiliki oleh selain-Nya.


Dari segi bahasa, kata ahad walaupun berakar sama dengan wahid,  Tetapi masing-masing memiliki makna dan penggunaan tersendiri. kata Ahad hanya digunakan untuk sesuatu yang tidak dapat menerima penambahan,  baik dalam benak apa lagi dalam kenyataan, karena itu kata ini ketika berfungsi sebagai sifat,  tidak termasuk dalam rentetan bilangan, berbeda halnya dengan wahid (satu). Anda dapat menambahnya sehingga menjadi dua,  tiga,  dan seterusnya, walaupun penambahan itu hanya dalam benak pengucap atau pendengarnya.


Allah memang disifati juga dengan kata Wahid,  seperti antara lain dalam firman-Nya :  “Tuhan-Mu  adalah Tuhan yang Wahid, tiada Tuhan selain Dia. Dia yang Maha Pengasih  lagi Maha Penyayang.” QS. al-Baqarah : 163. 


Sementara ulama berpendapat bahawa kata Wahid dalam ayat ini menunjukkan kepada keesaan Zat-Nya, disertai dengan keragaman sifat-sifat-Nya.  Bukankah Dia Maha Pengasih,  Maha Penyayang,  Maha Kuat,  Maha  Tahu,  dan sebagainya,  sedangkan kata Ahad dalam surah al-Ikhlas mengacu kepada keesaan Zat-Nya saja,  tanpa memperhatikan keragaman sifat sifat tersebut.


Keesaan Zat mengandung pengertian bahwa Allah tidak terdiri dari unsur-unsur atau bagian-bagian,   karena bila Zat yang Maha Kuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih - betapapun kecilnya unsur atau bagian itu- Maka ini berarti dia membutuhkan unsur atau bagian itu, atau dengan kata lain unsur/ bahagian itu merupakan syarat bagi wujud-Nya.  al-Quran menegaskan bahwa:  “Tidak ada sesuatu pun yang seperti dengannya,  dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. asy-Syura : 11).


Keragaman dan bilangan lebih dari satu adalah substansi setiap makhluk, bukan ciri Khaliq.  Itulah sebahagian makna keesaan dalam zat-Nya.


Adapun keesaan sifat-Nya, maka itu antara lain berarti bahwa Allah memiliki sifat yang tidak sama dengan substansi dan kapasitasnya dengan sifat makhluk, walaupun dari segi bahasa, kata yang digunakan untuk menunjuk sifat tersebut sama.


Sementara ulama memahami lebih jauh keesaan sifat-Nya itu dalam arti bahwa Zat-Nya sendiri merupakan sifat-Nya.  Demikian mereka  memahami Keesaan secara murni.   mereka menolak adanya sifat bagi Allah,  walaupun mereka tetap yakin dan percaya bahwa Allah Maha mengetahui,  Maha Pengampun,  Maha Penyantun,  dan lain-lain,  yang secara umum dikenal adalah sembilan puluh sembilan  itu.  Para ulama itu yakin tentang hal tersebut,  tetapi mereka menolak menamainya sifat-sifat. Lebih jauh,  penganut faham ini berpendapat bahwa sifatnya merupakan satu kesatuan,  sehingga kalau dengan Tauhid zat,  dinafikan segala unsur keterbilangan pada zat-Nya,  betapapun kecilnya unsur itu,  maka dengan Tauhid sifat, dinafikan segala macam dan bentuk ketersusunan dan keterbilangan bagi sifat-sifat Allah. 


Bagian ketiga dari keesaan Allah adalah keesaan dalam perbuatan-Nya.  Ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berada di dalam alam raya ini,  baik sistem kerjanya,  maupun sebabkan wujudnya,  kesemuanya adalah hasil perbuatan Allah semata.  Apa yang dikehendakinya terjadi,  dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi.   Tidak ada daya untuk memperoleh manfaat,   tidak pula kekuatan untuk menolak mudharat kecuali bersumber dari Allah swt. . Tetapi ini bukan bereati bahwa Allah berlaku sewenang-wenang,  atau bekerja tanpa sistem yang ditetapkan-Nya. keesaan perbuatannya dikaitkan dengan hukum-hukum,  takdir atau sunnatullah yang ditetapkannya. 


Keesaan keempat,  adalah keesaan beribadah. Kalau ketiga keesaan sebelumnya,  merupakan hal-hal yang harus diketahui dan diyakini,  maka keesaan keempat ini merupakan perwujudan dari makna ketiga keesaan di atas. 


Ibadah beraneka ragam dan bertingkat-tingkat.  Salah satu ragamnya yang paling jelas adalah amalan tertentu yang ditetapkan cara dan/ atau kadarnya langsung oleh Allah melalui rasul-Nya,  dan  yang secara popular dikenal dengan istilah ibadah mahdhah/ ibadah murni. 


Ibadah dalam pengertiannya yang umum mencakup segala macam aktivitas yang dilakukan demi/ karena Allah.  Mengesakan Allah dalam beribadah menuntut manusia untuk melaksanakan sesuatu demi/ kerana Allah,  baik sesuatu itu dalam bentuk ibadah mahdhah,  maupun selainnya. Walhasil, keesaan Allah dalam beribadah adalah dengan melaksanakan apa yang tergambar dalam firman-Nya : “ Katakanlah: “ sesungguhnya solatku,  ibadahku, hidup dan matiku,   kesemuanya karena Allah,   Pemelihara seluruh alam.” QS. al-An’am : 162. Wallahu a’lam.


Sumber : Ensiklopedi Alquran.


Sabtu, 24 Juni 2023

FI SABILILLAH SEBAGAI MUSTAHIQ ZAKAT



Zakat merupakan bagian yang sangat penting dalam syari’at islam. Bukan hanya sebagai bagian daripada ibadah yang manfaatnya untuk individu yang mengeluarkan zakat, tetapi lebih daripada itu, zakat  memberikan kemanfaatan secara kolektif bagi orang-orang yang berada dilingkungan yang menjalankan sistem zakat. Dalam Al Quran, kata zakat selalu disandingkan dengan perintah shalat. 

Alquran mengatur tentang orang-orang yang berhak menerima zakat. Secara spesifik mengemukakan pihak-pihak yang dapat menerima zakat.  Dalam surah at-Taubah ayat 60 Allah berfirman:


“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,  orang-orang miskin,  pengurus-pengurus zakat,  para mualaf yang dibujuk hatinya,  untuk memerdekakan budak,  orang-orang yang berhutang,  untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,  sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,  dan Allah Maha Pengasih dan Maha Bijaksana”.  


Dari ayat tersebut,  salah satu yang berhak menerima zakat adalah fi sabilillah.  Menurut Ibnu Atsir ,  secara bahasa lafaz Sabil memiliki arti jalan. Dengan demikian,   sabilillah secara bahasa dapat diartikan sebagai jalan Allah. Pada dasarnya lafadz fisabilillah bersifat umum  mencakup segala bentuk tindakan   yang secara ikhlas  ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah,  baik mengerjakan yang wajib,  sunnah,  maupun ketaatan yang lain.  Akan tetapi,  ketika lafaz sabilillah dimutlakkan,  yang dimaksud adalah jihad.


Sabilillah sebagai penerima zakat menurut perspektif fikih.


Menurut Wahbah Zuhaili, sabilillah adalah para mujahid yang berperang yang tidak mempunyai hak dalam honor sebagai tentara,  karena jalan mereka adalah mutlak berperang. Mereka diberi zakat karena telah melaksanakan misi penting mereka dan kembali lagi. Menurut jumhur ulama, mereka diberi zakat sekalipun orang kaya,  Karena yang mereka lakukan merupakan kemaslahatan bersama.  Adapun orang yang mempunyai honor tertentu  tidak diberi zakat.  kerana,  orang yang memiliki rezeki rutin yang mencukupi dianggap sudah cukup (Fiqh Islam wa Adillatuhu jilid 3 : 2007 h. 286)

Jumhur ulama dalam mazhab-mazhab bersepakat bahwa tidak boleh mendistribusikan zakat kepada selain asnaf yang delapan. Dengan demikian tidak dibenarkan kehidupan distribusian zakat seperti untuk membangun masjid jembatan, ruangan, irigasi 


Kata “innama” dalam ayat tersebut Berfungsi untuk membatasi dan menetapkan. Ayat tersebut menetapkan apa yang tersebut dan menafikan selainnya.  Oleh karena itunya,Tidak boleh mendistribusikan zakat kepada ibadah-ibadah yang tidak tersebutkan di dalam ayat tersebut, karena sama sekali tidak dapat di hak untuk memilikinya. 


Akan tetapi, Al-Kasani (seorang ulama bermadzhan Hanafi) dalam Al-Bada’i menafsirkan bahwa sabilillah (jalan Allah) Yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah semua macam ibadah. dengan demikian, mencakup semua orang yang berusaha di jalan Allah dan kebaikan, jika dia membutuhkan. Kata Sabilillah adalah umum dalam kepemilikan, Yaitu mencakup pembangunan masjid dan semisalnya, sebagaimana yang telah disebutkan. Sebagian ulama Hanafiah menafsirkan kalimat Sabilillah dengan mencari ilmu, sekalipun yang mencari ilmu tersebut kaya.  Anas dan Hasan berkata, “Zakat tidak diberikan untuk pembangunan jembatan dan jalan. Itu merupakan Sedekah Yang lampau.” Malik berkata, “ jalan Allah (sabilillah)  itu jumlahnya banyak.Akan tetapi aku tidak mengetahui perbedaan pendapat bahwa maksud Sabilillah dalam ayat ini adalah berperang.” (Fiqhul Islam wa Adillatuhu (terj) : Jilid 2 h. 287-288).

Menurut Dr.  Yusuf  Qaradhawi, bahwa  di antara ulama dulu sekarang,  ada yang meluaskan arti sabilillah , Tidak hanya khusus pada jihad dan yang berhubungan dengannya, tetapi ditafsirkannya pada semua hal yang mencakup kemaslahatan, taqarrub dan perbuatan-perbuatan baik sesuai dengan penerapan asal dari kalimat tersebut. 

Di antara pendapat ini, adalah apa yang diingatkan oleh Imam ar-Razi dalam tafsirnya, bahwa zahir lafaz dalam firman Allah wa fisabilillah tidak wajib mengkhususkan artinya pada orang yang berperang saja. Kemudian ia berkata: "maka terhadap arti ini Imam Qaffal mengutip dalam tafsirnya dari sebagian fuqaha' bahwa mereka itu memperkenankan menyerahkan zakat pada semua bentuk kebajikan, seperti mengurus mayat, mendirikan benteng, meramaikan masjid. Karena sesungguhnya firman-Nya wafi sabilillah bersifat umum meliputi semuanya. 

Syekh Jamaludin Al Qosimi  menerangkan dalam tafsirnya, apa yang dikemukakan oleh Imam ar-Razi bahwa zahirnya lafaz tidak mewajibkan mengkhususkan kepada orang yang berperang. Ia mengutip pula kutipan Imam Qaffal dari sebagian fuqaha' tentang masalah itu kemudian mengemukakan pendapat pengarang buku Taj, bahwa setiap jalan yang menuju ridho Allah adalah jalan yang baik, dan termasuk fisabilillah. Kemudian tidak mengutip yang lain dan tidak memberikan komentar apa-apa lagi titik ini menunjukkan adanya kesesuaian pendapat atau tidak adanya selisih paham. (Fikih Zakat (terj) h. 619-626).


Menurut Prof. Dr. H. Abdullah Syah, MA, asnaf  fisabilillah sekarang ini lebih tepat  disalurkan kepada penuntut ilmu. Kerana menurut beliau,  penuntut ilmu sesuai hadis rasul dalam orang yang sedang berjihad fisabilillah.  kerana dengan ilmu itu dia dapat membela dan meninggikan Islam  dan martabat umat Islam.  apa lagi umat Islam masa sekarang ini sangat ketinggalan dalam pendidikan dibandingkan dengan umat lain,  karena itu perlu diprioritaskan zakat untuk menopang/ memberi beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa yang sangat memerlukan untuk menyelesaikan studinya.(Butir-butir Fiqh Zakat : 2007 h. 90-91). 


Pem, Cengkering, 6 Juni 2023

Japar, M.Ag

TA'ALUUQ SIFAT MA'ANI

 

A. Ta’alluq Sifat – Sifat Ma’âni

Ta’alluq menurut bahasa ialah; bergantung, berkaitan, bertalian berhubungan atau tercapai. Ta’alluq menururt istilah dalam kajian ilmu tauhid, khususnya sifat-sifat ma’âni adalah tentang sifat atas suatu pekerjaan setelah sifat itu berdiri pada zat. Ada beberapa macam ta’alluq, yaitu :

1.Ta’alluq sifat qudrat dan irâdat

Ta’alluq keduanya, kepada hal-hal yang jaiz atau yang mumkin saja, tidak ta’alluq kepada hal-hal; yang wajib dan tidak juga kepada hal-hal yang mustahil. Jika kedua sifat ini ta’alluq kepada yang wajib, maka akan terjadi tahsîl al hasil. Yaitu, mengadakan yang memang sudah ada. Jika ta’alluq kepada yang memang wajib ada, maka akan bertukar hakekat yang wajib kepada jaiz. Jika kedua sifat ini mengadakan yang mustahil ada, maka akan bertukar yang mustahil, menjadi jaiz. Ini semua tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu, kedua sifat ini, hanya berta’alluq kepada yang jaiz, sebagai ta’alluq ta’tsir (memberi bekas/memberi efek), dengan perincian bahwa, sifat qudrat berkaitan dengan mengadakan dan meniadakan sesuatu, sedangkan sifat irâdat berkaitan dengan menentukan dan menghendaki sesuatu yang sesuai dengan pilihan-Nya.

2. Ta’alluq sifat sama’ dan bashar

Ta’alluq kedua sifat ini, kepada segala yang maujud (yang ada), yaitu hal-hal yang wajib dan yang jaiz, tidak ta’alluq kepada hal-hal mustahil, karena mustahil itu memang tidak ada wujudnya. Nama ta’alluq kedua sifat ini adalah; ta’alluq inkisyâf, artinya terbuka bagi Allah Ta’ala segala yang maujûd. Hanya saja inkisyâf sama’, berbeda dengan inkisyâf bashar, karena inkisyâf sama’ berarti tersingkap atau keterbukaan segala yang maujûd melalui sama’ Allah Ta’ala , sedangkan inkisyâf bashar adalah, keterbukaan segala yang maujûd melalui bashar Allah Ta’ala. Tegasnya, segala yang berwujud, bersuara dan berbunyi, diketahui oleh Allah Ta’ala, melalui sama’ dan bashar-Nya, secara wajib pada hukum akal bukan jaiz pada hukum akal.

3. Ta’alluq sifat ‘ilmu dan kalâm

Kedua sifat ini, ta’alluq kepada hukum akal yang tiga, yaitu ta’alluq kepada hal yang wajib, kepada hal yang jaiz dan kepada hal yang mustahil. Maksudnya adalah, ‘ilmu Allah Ta’ala mengetahui segala hal yang wajib, hal yang mustahil dan hal yang jaiz. Tidak ada yang tertutup atau luput dari ‘ilmu-Nya. Ta’alluq sifat ini dinamakan ta’alluq inkisyâf juga, sedangkan sifat kalâm, dinamakan ta’alluqnya dengan ta’alluq dalalah, artinya menunjukkan atau menfirmankan segala hal yang wajib, mustahil dan jaiz adanya.

4. Sifat hayât

Sifat ini tidak ta’alluq kepada salah satu dari hukum akal yang tiga, karena sifat ini, hanya menjadi syarat sah bagi berdirinya sifat-sifat ma’âni yang enam itu kepada Zat.

B. Ta’alluq Sifat Ma’âni Satu Persatu :

1. Ta’alluq sifat qudrat
Yaitu, hubungan atau kaitan sifat ini dengan ciptaan atau perubahan sesuatu yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala. Sasaran ta’alluqnya adalah segala yang jaiz atau segala yang mumkin, yaitu :

a. Segala mumkin yang belum ada

Sedangkan bekas atau pengaruh ta’alluq qudrat kepada mumkin yang belum ada, adalah :

1) Menetapkan yang mumkin itu, dalam keadaan “tidak ada” selama waktu yang dikehendaki

2) Berubahnya yang mumkin itu, dari tiada menjadi ada.

b. Segala mumkin yang sudah ada.
Sedangkan bekas atau pengaruh ta’alluq qudrat kepada mumkin yang sudah ada, adalah :

1) Tetapnya yang mumkin itu, dalam keadaan “ada”, selama waktu yang dikehendaki
2) Berubahnya yang mumkin itu, dari satu kondisi kepada kondisi yang lain

3) Kembalinya yang mumkin itu, menjadi tidak ada
Dari keterangan diatas, maka keta’alluqan qudrat kepada segala yang mumkin, dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu

1.1. Kelompok ta’aluq sulûhi qadîm (patut dalam azali)
Yaitu, kelayakan ta’alluq qudrat Allah Ta’ala, kepada segala yang mumkin pada azali dan kelayakannya adalah qadîm, karena qudrat itu bersifat qadîm. Oleh sebab itu, dinamakan ta’alluq sulûhi, dengan ta’alluq sulûhi qadîm.

1.2 Kelompok ta’alluq tanjîzi hadits

Yaitu, ta’alluq qudrat Allah Ta’ala secara langsung kepada segala yang mumkin, sehingga segala yang mumkin tadi mengalami perubahan, yakni menjadi ada atau kembali menjadi tidak ada atau berubah dari satu keadaan menjadi keadaan yang lain. Oleh sebab itu, ta’alluq ini disebut dengan ta’alluq tanjîzi hadis.

1.3 Kelompok ta’alluq qabdlah

Yaitu, segala bentuk perubahan pada segala yang mumkin, berada dalam qabdlah (genggaman) qudrat Allah Ta’ala, dalam arti bahwa, tidak terjadi suatu perubahan pada diri sesuatu yang mumkin, kecuali dengan ta’alluq tanjîzi qudrat kepada suatu yang mumkin.
Akhirnya, ta’alluq qudrat Allah Ta’ala kepada segala yang mumkin, ada tujuh macam, yaitu :

ad. 1.1 Ta’alluq sulûhi qadîm, yaitu kelayakan ta’alluq qudrat pada azali, kepada segala yang mumkin.

ad. 1.2 Ta’alluq qabdlah kepada mumkin ma’dum ( tidak ada ), yaitu ta’alluq qudrat kepada mumkin, sebelum yang mumkin itu diciptakan.

ad. 1.3 Ta’alluq tanjîzi kepada yang mumkin ma’dum, yaitu ta’alluq qudrat kepada yang mumkin ma’dum, untuk diciptakan, sehingga menjadi ada ia.

ad. 1.4 Ta’alluq qabdlah kepada mumkin maujûd ( yang sudah ada ), yaitu, mumkin yang sudah maujûd itu, tidak mengalami perubahan. Kecuali dengan ta’alluq qudrat secara tanjizi telah berlaku padanya, sehingga berubah.

ad. 1.5 Ta’alluq tanjîzi kepada mumkin maujûd, yaitu ta’alluq qudrat kepada yang mumkin maujûd, untuk dirubah menjadi kembali tidak ada.

ad. 1.6 Ta’alluq qabdlah kepada yang mumkin sudah ditiadakan, yaitu mumkin yang sudah ditiadakan, berada dalam qabdah qudrat, sebelum dibangkitkan kembali nanti dari kubur.

ad. 1.7 Ta’alluq tanjîzi kepada yang mumkin sudah ditiadakan, yaitu ta’alluq qudrat Allah Ta’ala kepada yang mumkin sudah ditiadakan, untuk dibangkitkan kembali pada hari pembalasan, yakni ; hari kiamat.

2. Ta’alluq sifat Irâdat

Yaitu, ketentuan Allah Ta’ala terhadap yang mumkin, dengan berkeadaan dari salah satu dua keadaan yang bertentangan. Misalnya si A, bila lahir boleh menjadi tinggi dan boleh menjadi pendek. Kekhususan bagi si A, yang lahir sebagai orang yang pendek, termasuk tugas dari ta’alluq irâdat. Setelah itu ta’alluq qudrat tanjîzi menciptakan si A betul-betul menjadi pendek. Demikian juga halnya ketentuan warna kulit, daerah dan nasab yang terlebih dahulu ditentukan oleh sifat irâdat. Untuk selanjutnya diciptakan oleh qudrat. Oleh sebab itu, ta’alluq irâdat, terbagi dua kelompok, yaitu :

2.1. Kelompok ta’alluq sulûhi qadîm

Yaitu, kelayakan ta’alluq irâdat kepada segala yang mumkin, untuk mengkhususkan yang mumkin tersebut, agar mempunyai kondisi tertentu sebelum yang mumkin itu maujud. Kelayakan ta’alluq irâdat kepada segala yang mumkin adalah qadîm , karena bersifat qadîm, maka ta’alluq sulûhi bagi irâdat, bersifat qadîm juga.

2.2. Kelompok ta’alluq tanjizi qadîm

Yaitu, pengkhususan Allah Ta’ala secara langsung terhadap suatu yang mumkin, berkeadaan dengan suatu keadaan tertentu, sebelum yang mumkin itu diciptakan. Kekhususan yang demikian juga bersifat qadîm, karena Allah Ta’ala mengkhususkan ( menentukan ) suatu keadaan kepada yang mumkin dengan irâdat-Nya yang qadîm, maka ta’alluq tanjîzi bagi irâdat juga bersifat qadîm.
Dengan uraian ini, dapat diketahui bahwa, segala yang mumkin bila adanya berkeadaan dengan suatu keadaan adalah, merupakan penjelmaan dari ta’alluq irâdat yang tanjîzi. Sehingga sebahagian ulama Tauhid, mengistilahkan bahwa; ta’alluq tanjîzi bagi qudrat adalah, “ qada’ ” dan penjelmaan yang mumkin ke alam nyata sesuai dengan ta’alluq tanjîzi irâdat, dinamakan dengan “qadar”.

Iradat Menurut Ahlussunnah :

Irâdat (kehendak / ketentuan Allah ) tidak mesti sejalan dengan perintah dan ridhoNya. Untuk itu ada empat macam :

1. Kadang dikehendaki Allah, disuruhNya dan diridhoiNya. Seperti iman orang yang diketahui Allah keimanannya, Misalnya, Abu Bakr Siddiq.
2. Kadang tidak dikehendakiNya, tidak diperintahNya dan tidak diridhoiNya. Seperti kafirnya Abu Bakr.
3. Kadang dikehendakiNya, tidak diperintahNya dan tidak diridhoiNya. Seperti kafirnya orang-orang yang diketahui Allah, tidak akan beriman. Misalnya, Fir’aun, Qarun dan orang-orang bermaksiat
Kadang diperintahNya, tetapi tidak dikehendakiNya. Seperti berimannya Fir’aun, Qarun dan lain-lain.

3. Ta’alluq sifat sama’

Para ulama mutakallimin, berbeda pendapat tentang objek ta’alluq sifat sama’ (yang dita’alluqi oleh sama’). Sebahagian mereka menyatakan, bahwa, sama’ hanya ta’alluq kepada yang didengar saja, yaitu ; suara dan bunyi. Pendapat ini sangat logis, oleh karena adanya perbedaan pendapat ini, maka merekapun berbeda pendapat pula dengan apa yang didengar oleh nabi Musa as, dahulu. Sebahagian ulama menyatakan , yang telah didengar oleh nabi Musa as, adalah kalâm nafsi, sementara yang lain menyatakan adalah kalâm lafzhiy.
Selanjutnya sifat sama’ ini, mempunyai tiga segi ta’alluq, yaitu :

a. Ta’alluq sulûhi qadîm yaitu, ta’alluq sama’ dengan kita, sebelum kita diciptakan.
b. Ta’alluq tanjîzi qadîm yaitu, ta’alluq dengan Zat Allah Ta’ala
c. Ta’alluq tanjîzi hadits yaitu, ta’alluq sama’ kepada kita, setelah kita diciptakan.

4. Ta’alluq sifat bashar

Yaitu, ta’alluq kepada yang maujûd (telah ada), baik berupa zat, maupun sifat dari suatu yang mumkin. Bashar juga mempunyai ta’alluq yang sama dengan ta’alluq sama’.

5. Ta’alluq sifat ilmu

Sifat ilmu, hanya memiliki dua segi ta’alluq, yaitu :
a. Ta’alluq sulûhi qadîm

Yaitu, kelayakan atau kepatutan sifat ilmu ta’alluq kepada
segalanya; (wajib, mustahil dan jaiz), dengan berbagai keadaan tanpa perantara, tanpa mumkin ada pada azali dan kelayakannya tingkatan pengetahuan, (waham, syak, Zhan dan yakin ) dan tanpa didahului oleh ketidaktahuan (jahil). Oleh karena itu, ilmu bersifat qadîm. Maka kelayakan ilmu ta’alluq kepada segala-galanya adalah; qadîm, maka ta’alluq ini disebut, dengan ta’alluq sulûhi qadîm.

b. Ta’alluq tanjîzi qadîm

Yaitu, ta’alluq ilmu Allah kepada segala-galanya secara langsung, dengan kondisi yang telah disebutkan. Mustahil ilmu Allah Ta’ala yang maha tahu atas segala sesuatu, didahului oleh ketidaktahuan (jahil). Oleh sebab itu , ta’alluq tanjîzi ilmu Allah itu juga qadîm, dengan arti kata, Allah Ta’ala tdak pernah tidak tahu; pada suatu ketika; masa yang lalu, sekarang atau yang akan datang. Karena ilmu-Nya meliputi segala waktu dan tempat.



6. Ta’alluq sifat kalâm

Sebelum menjelaskan ta’alluq sifat kalâm, terlebih dahulu akan dijelaskan macam-macam kalâm, yaitu :
a. Kalâm Nafsi
b. Kalâm Lafzhiy

Kalâm Nafsi adalah, kalâm yang tidak mempunyai huruf dan tidak mempunyai suara atau bunyi. Manusia juga mempunyai kalâm nafsi yaitu ; kata jiwa, ide dan kata hati atau perasaan yang belum diutarakan atau belum diucapkan, ketika belum menjadi alat komunikasi.
Kalâm Lafzhiy adalah ; lafazh–lafazh yang mengibaratkan kalâm nafsi, yakni lafazh yang diucapkan atau perwujudan dari kalâm nafsi, yang sama dengannya dan tidak serupa dengan keberadaannya, karena kalâm Lafzhiy telah berhuruf dan berbunyi.

Memahami kedua kalâm ini, maka Al-Qur'an dalam arti kalâm nafsiy adalah; sifat Allah Ta’ala yang qadîm. Sedangkan Al-Qur'an dalam arti kalâm Lafzhiy yang ada didalam mushaf adalah hadits. Inilah yang disampaikan Jibril kepada Muhammad SAW, tertulis dan tersusun. Al-Qur'an inilah, yang haram disentuh tanpa suci, dan Al-Qur'an ini pula, yang sering dibaca dan ada pahalanya. Maka ia ta’alluq kepada yang wajib, mustahil dan jaiz, sebagai ta’alluq dalalah. Ta’alluq kepada yang wajib, mustahil dan jaiz disebut dengan ta’alluq tanjîzi qadîm. Sedangkan ta’alluq sifat kalâm kepada hal yang jaiz, ada tiga macam, yaitu :

a. Ta’alluq tanjîzi qadîm, yaitu ta’alluq kalâm, kepada hal jaiz dari segi ada atau tidaknya.

b. Ta’alluq tanjîzi hadits, yaitu ta’alluq kalâm, kepada hal yang jaiz itu dari segi hukum yang jaiz pula, untuk menjadi pegangan.

c. Ta’alluq sulûhi qadîm, yaitu ta’alluq kalâm kepada hal yang jaiz, dari segi ada atau tidak adanya, maupun dari segi hukum kejaizannya (kebolehan) sebagai ta’alluq kelayakan.

Demikianlah ta’alluq sifat ma’âni, yang telah diuraikan satu-persatu, kecuali sifat hayât. Sifat ini tidak mempunyai ta’alluq, sebab ia hanya menjadi syarat sah bagi sifat-sifat ma’âni, yang lain untuk berdiri (tetap ada) pada zat Allah Ta’ala. 

Referensi  : Berbagai sumber